
#009
---
siang merah, jalan penuh arah. gedung-gedung mencakar langit indah, ditumbuhkan bambu perancah. orang-orang membuat kerumunan rumah: kuil semua perempuan. [aku] di kotamu, orang-orang mengamati batu, menandai batu, menjaja batu, mendirikan batu, menanam pencakar: menjelajah tanah. orang-orang telah mengubah tanah marah menjadi peta, peta menjadi petak tanah. di siang merah, wajahmu memerah. jejak telapakmu tak terbaca di genggamku. wajah itu sedang terhalang di lepas nafas matahari dan denyut langit. aku mencium tebar bunga basah. atas guncang rindu yang mencandu bersama gigil senyap di suaraku: memanggilmu. rindu sudah tak lagi mau bersarang, tak kenal tanah, sejak pulangmu di senja merah. rindu menginginkan kau-aku, kekal setiap waktu. hanya berjarak sejengkal, menapak tanah, beradu senyum meski sesekali marah sampai peraduan menjadi jalan singgah: rumah lelaki dan perempuan berbagi arah.
---
siang merah, jalan penuh arah. gedung-gedung mencakar langit indah, ditumbuhkan bambu perancah. orang-orang membuat kerumunan rumah: kuil semua perempuan. [aku] di kotamu, orang-orang mengamati batu, menandai batu, menjaja batu, mendirikan batu, menanam pencakar: menjelajah tanah. orang-orang telah mengubah tanah marah menjadi peta, peta menjadi petak tanah. di siang merah, wajahmu memerah. jejak telapakmu tak terbaca di genggamku. wajah itu sedang terhalang di lepas nafas matahari dan denyut langit. aku mencium tebar bunga basah. atas guncang rindu yang mencandu bersama gigil senyap di suaraku: memanggilmu. rindu sudah tak lagi mau bersarang, tak kenal tanah, sejak pulangmu di senja merah. rindu menginginkan kau-aku, kekal setiap waktu. hanya berjarak sejengkal, menapak tanah, beradu senyum meski sesekali marah sampai peraduan menjadi jalan singgah: rumah lelaki dan perempuan berbagi arah.
---
11:12 PM 7/25/2011
image: john.waller
tag: puisi, sastra facebook, menulis puisi, kumpulan puisi
---
*) Puisi #009 Day Milovich, dari Kumpulan Puisi ke-9 Sleepwalker 80, (c) 2011.
0 komentar:
Posting Komentar