1) Pengertian Sosiologi Secara Etimologi
Manusia selalu mengadakan hubungan ke mana pun dan di mana pun secara berulang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar hubungan itu berjalan dengan baik, maka dalam berperilaku manusia senantiasa berpedoman pada nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Nilai dan norma yang dimiliki setiap masyarakat tidak sama. Dengan menyadari persamaan dan perbedaannya, serta keikutsertaan kita dalam hubungan sosial memberikan gambaran kepadamu tentang ilmu yang akan kita pelajari, yaitu sosiologi.
Sebagai ilmu ia baru mulai dikenal pada abad ke-19 dengan nama yang berasal dari August Comte (1798-1857) untuk menunjukkan sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang memilki disiplin yaitu rencana pelajaran dan penyelidikan serta lapangannya sendiri. Sosiologi (Latin: socius= teman, kawan, sosial= berteman, bersama, berserikat) bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. [2]
2) Pengertian Sosiologi Secara Terminologi
Dalam arti terminologi, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat. Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadiankejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. [3]
Berikut ini pengertian sosiologi menurut pendapat para ahli dari sudut pandang masing-masing.
1. Auguste Comte
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.[4]
2. Emile Durkheim
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu, serta mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan.[5]
3. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain.[6]
4. P.J. Bouman
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta sifat dan perubahanperubahan dalam lembaga-lembaga dan ide-ide sosial.[7]
5. Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya. b. Hubungan dan saling pengaruh antara gejala-gejala sosial dan gejala-gejala nonsosial, misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya. c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.[8]
6. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.[9]
7. Kingsley Davis
Sosiologi adalah suatu studi yang mengkaji bagaimana masyarakat mencapai kesatuannya, kelangsungannya, dan caracara masyarakat itu berubah.[10]
a. Pengertian Pendidikan Islam
a. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, maka pendidikan Islam dapat di artikan sebagai uasaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.[11]
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah) yang akan diuraikan selajutnya menurut bahasa Islami (bahasa Islam memang benar-benar ada), maka terlebih dahulu dikemukakan pengertian dasar dari kata “pendidikan” dan “Islam”. Kata “pendidikan” yang sering kita gunakan, dalam bahasa Arabnya adalah al-Tarbiyah atau Tarbiyah dan sering tertulis serta diucapkan dengan Tarbiyah dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasar dari kata dasar “robba-yurabbi-tarbiyyatan” yang berarti tumbuh dan berkembang (al-Munjid).
b. Tinjauan Terminologis
Istilah yang digunakan dalam pendidikan tentulah membawa gagasan yang benar tentang pendidikan dan segala yang terkait dalam proses pendidikan. Gagasan yang benar tentang pendidikan tersebut meliputi 3 unsur dasar, yaitu: proses, kandungan, dan penerima. Sehingga jika kita di tanya, apakah pendidikan itu? Maka, jawaban sederhana dapat dikemukakan, pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia, atau suatuyang secara bertahap diketahui bahwa suatu proses penanaman pengacu kepada metode dan sistem untuk menanamkan apa yang disebut “pendidikan” secara bertahap dan terrencana.[12]
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada makhluk lain yang membutuhkan pendidikan.[13]
c. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Para Pakar
Amat banyak pengertian pendidikan Islam ini dapat pula kita perhatikan pada beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam,[14] antara lain:
1. Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam menjadi suatu tuntutan dan kebutuhanmutlak umat manusia, karena; a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh manusia pada umumnya dari ancaman sebagai korban hawa nafsu orang tua terdapat kebendaan, sistem materialistis non humanistik, pemberian kebebasan yang berlebihan dan pemanjaan; b) untuk menyelamatkan anak-anak di lingkungan bangsa-bangsa yang sedang berkembang dan lemah dari ketundukan, kepatuhan dan penyarahan diri kepada kekuasaan kezhaliman dan penjajahan.
2. Dr. Miqdad Yaljan (Seorang Guru Besar Ilmu-ilmu Sosial di Universitas Muhammad bin Su’ud di Riyadh Saudi Arabia) menerangkan bahwa pendidikan Islam diartikan sebagai usaha menumbuhkan dan membentuk manusia muslim yang sempurna dari segala aspek yang bermacam-macam aspek kesehatan, akal, keyakinan, kejiwaan, akhlak, kemauan, daya cipta dalam semua tingkat pertumbuhan yang disinari oleh cahaya yang dibawa oleh Islam dengan versi dan metode-metode pendidikan yang ada di antaranya.
3. Pendidikan Islam menurut Dr. Mohammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di Universitas Tunisia) adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan ajarnya (pengatuh dari luar).[15] Esensi pendidikan Islam yang harus dilaksanakan oleh umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia ke arah akhlak yang mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pangaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kempuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah. Pendapat beliau tersebut didasarkan atas firman Allah di dalam al-Qur’an:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
4. Menurut Dr. Muhammad S.A Ibrahimy, serjana pendidikan Islam Bangladesh, bahwa pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accordance with tenets of Islam, atau dengan kata lain bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.[16]
5. Dengan demikian, pendidikan Islam sebagai suatu sistem memiliki watak yang fleksibel terhadap perkembangan aspirasi kehidupan manusia sepanjang masa tanpa menghilangkan prinsip-prinsip nilai yang mendasarinya. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan hidup manusia termasuk tuntutan di bidang ilmu dan teknologi selalu mengalami perubahan. Dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi maka pendidikan Islam selalu bersikap mengarahkan dan mengendalikannya sehingga nilai-nilai dasar yang bersumber dari ajaran Islam dapat berfungsi dalam kehidupan manusia.
6. Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah yang berlandasan nilai-nilai Islam atau berderajat tertinggi menurut ukuran Allah. Perubahan tersebut terjadi dalam proseskependidikan sebagai upaya membimbing dan mengarahkan kemampuan-kemampuan dasar dan belajar manusia (pontensi hidup manusia), baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar.
7. Mohammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987:16) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) atau kemampuan ajarnya.[17]
8. Imam Bawani (1987:122) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
9. Syed Muhammad Al-Naqueb Al-Atas mendefinisikan pengertian pendidikan Islam dengan mempertentangkan peristilah “Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib”. Menurut pendapatnya, istilah “Tarbiyah” yang diambil dari kat “rabbaa” (ر ﺒﺎ) dan “rabba” (رݕ) yang kemudian diartikan dengan memberi makan, memelihara dan mengasuh, yaitu dari akar kata “ghadza” (ﻏﺬا) atau “ghodzaw” (ﻏﺬو) yang mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara dan membesarkan. Istilah “Ta’lim” (ﺗﻌﻠﻳﻢ) berasal dari kata “allama” (ﻋﻠﻢ) yang berarti “mengajar”, yaitu mentransfer ilmu pengetahuan, padahal ilmu pengetahuan hanya merupakan sebagian saja dari unsur yang hendak ditransformasikan dalam pendidikan Islam. Istilah “Ta’dib” (ﺗﺄﺪﻳﺐ) berasal dari akar kata “addaba” (ﺍﺪﺐ), yang artinya disiplin tubuh, jiwa dan roh.[18]
10. M. Arifin mendifinisikan pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).[19]
Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses tumbuh dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini menciptakan oleh Tuhan dalam proses setingkat demi setingkat. Baik perkembang manusia maupun kejadian alam semesta yang berproses seperti tersebut tadi adalah terjadi dan berlangsung menurut ketentuan Allah yang biasa disebut sebagai sunnatullah. Tidak ada satu makhluk ciptaan Tuhan di atas dunia dapat mencapai kesempurnaan dan kematangan hidup (maturity) tanpa melalui suatu proses.[20]
Demikian pula pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian harus berlangsung secara bertahap. Dengan kata lain, terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu, sosial dan sebagai manusia bertuhan hanya dapat tercapai apabila berlangsung melalui proses menuju ke arah akhir pertumbuhan dan perkembangannya sampai kepada titik optimal kemampuannya. Oleh karena itu, berdasarkan pemikiran tadi banyak pakar pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses dan berlangsung seumur hidup. Karenanya pula, pendidikan tidak hanya berlangsung dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna.[21] Hal ini juga sebagaimana yang di kemukakan oleh Herbert Spencer (seorang filosof pendidik Inggris, 1320-1903) dalam bahasannya bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Dengan demikan, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan hidupnya.
Kata pendidikan umum kita gunakan sekarang. Kata pendidikan, dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Adalah tarbiyatul islamiyah. Kata kerja rabba sudah digunakan pada zaman Rasullulah Saw. Dalam Al-qur’an, kata ini digunakan termaktub dalam QS Al-Isra’ (17-24).[22]
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terancana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[23]
b. Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya “Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa: Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.[24]
Secara umum pengertian Sosiologi pendidikan adalah studi mengenai bagaimana institusi publik dan pengalaman individu mempengaruhi pendidikan dan hasilnya. Studi ini lebih mempelajari sistem sekolah umum di masyarakat industri modern, termasuk perluasan pendidikan tinggi, lanjut, dewasa, dan berkelanjutan.[25]
Sedangkan secara operasional (definisi real), beberapa pakar sosiologi mendefinisikan sebagai berikut:
1) Charles A. Ellwood. Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang maksud hubungan-hubungan antara semua pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.[26]
2) FG. Robbin dan Brown. Sosiologi pendidikan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip mengontrolnya.[27]
3) EB. Renter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisis evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap in dividu. Jadi, prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial yang saling mempengaruhi.[28]
4) Menurut S. Nasution, Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.[29]
5) Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiologi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan atau prinsip-prinsip sosiologisnya.[30]
6) Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses social.
7) Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
8) F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
9) E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan (Nasution 1999:4)
10) Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
11) Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
12) Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan
13) Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis
14) Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan merupakan bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta didik.[31]
Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang
mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector
pendidikan Islam.[32]
mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector
pendidikan Islam.[32]
0 komentar:
Posting Komentar