Pages

Selasa, September 20

Akhlak Menurut Sistem Ajaran Agama Islam


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH
1.      Konsep Dasar Akhlak
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut logat artinya budi pekerti, parangai, tingkah laku, tau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yag berarti pencipta dan “makhluk” yang berarti makhluk yang diciptakan.
Secara terminologis akhlak berarti kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. Akhlak dapat juga diartikan sebagai tingkah laku yang telah melekat pada diri seseorang karena hal itu sering dilakukan secara terus menerus.
Ibn Miskawih menyatakan bahwa akhlak adalah “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu”. Selanjutnya beliau menambahkan kalau perbuatannya itu sesuai dengan adat dan ajaran islam, maka dinamakan akhlak yang baik (akhlak mahmudah) dan sebaliknya, bila bertentangan dengan adat dan ajaran islam dinamakan akhlak buruk (ahlak mazmummah).

2.      Hubungan Khaliq, Makhluq, dan Akhlaq
Dalam hal akhlak terhadap Allah SWT, titik tolaknya adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
Kaitannya akhlak dengan makhluq (sesama manusia), islam menekankan bahwa setiap orang hendaknya diposisikan secara wajar. Dalam pergaulan sesama manusia, tidak wajar seseorang megucilkan orang lain atau kelompok lain dan tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan.
Berkaitan akhlaq kepada makhluk lain di alam ini, semuanya mencangkup perlakuan kita kepada sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa.

3.      Akhlak al Karimah dan Akhlak al Mazmummah
Akhlak mahmudah (akhlak al karimah) adalah segala tingkah laku yang terpuji, yang biasa disebut dengan “fadhilah” (kelebihan). Sebagai kebalikannya dari akhlaqul karimah adalah akhlaqul mazmummah yang berarti tingkah laku yang tercela.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah pula dan akhlak mazmummah di lahirkan pula oleh sifat-sifat mazmuah pula. Tingkah laku yang dilahirkan oleh tingkah laku batin. Jadi untuk mengusir sifat-sifat mazmummah haruslah ada kekuatan penolak yang dapat mengusirnya, yakni dengan sifat-sifat akhlaqul karimah. Akhlak terpuji memiliki beberapa akibat bagi individu tersebut seperti meningkatkan wibawa, mendapat kehormatan dimasyarakat, banyak disenangi sesamanya, mudah mendapat perlindungan, serta mendapat ketentraman dan kebahagiaan hati. Karena akhlak yang terpuji sesuai dengan fitrah manusia yang menyukai kebaikan. Melalui akhlak terpuji pula, derajat manusia disisi Allah SWT akan semakin meningkat, karena hanya dengan kebaikan (ihsan), seseorang dapat semakin mendekatkan diri dengan Allah SWT, serta terhindar dari hukuman yang bersifat manusiawi. Adapun contoh-contoh sifat akhlaqul karimah yaitu : menepati janji, murah hati, tolong menolong, menghormati tamu, dsb. Akhlak yang tercela tidak hanya berimplikasi pada diri sendiri melainkan diderita juga oleh orang yang menjadi korban. Akhlak yang tercela dilakukan seseorang atau beberapa orang akan menciptakan kekacauan, kerusuhan dan ketidak nyamanan. Akhlak tercela memiliki beberapa kerugian, diantaranya kerugian bagi pribadi yang bersangkutan meliputi merendehakan diri sendiri, sulit bergaul dengan sesamanya, sering mendapat hukuman yang bersifat manusiawi, mengurangi kehormatan yang dimilikinya, serta mendapat tempat yang buruk di masyarakat. Lebih jauh lagi secara batin menyebabkan individu tersebut menjadi jauh dengan Tuhan, karena perbuatan tersebut telah menyalahi aturan yang telah digariskan oleh Tuhan.

Akhlak merupakan pondasi yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang ber akhlak, merupakan hal yang harus dilakukan.
Begitu pentingnya akhlak, Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 18 yang artinya “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”
Di samping itu, banyaknya tindak criminal yag dilakukan oleh remaja dan sering terjadinya tawuran antar pelajar disinyalir sebagai akibat dari tidak berhasilnya pembinaan akhlak dan budi pekerti siswa. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar, bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga masa yag akan datang. Ini pada posisi yang sangat penting, bahkan membina akhlaq merupakan inti dari ajaran islam. Pada kenyataannya di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan mulai berbagai macam metode terus dikembangkan.
Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya, hormat kepada orang tua, dan lain sebagainya.
Akhlak amatlah penting pada kehidupan manusia karena :
a.       Akhlak amat besar pengaruhnya terhadap tindakan seseorang, baik dan buruknya perlakuan sesorang adalah bergantung kepada nilai akhlak mereka.
b.      Untuk meningkatkan insan-insan yang benar dan berkualitas.
c.       Untuk membuat penilaian yang tepat terhadap sesuatu perbuatan yang salah dan benarnya penilaian yang dilakukan.
d.      Untuk kesejahteraan, keamanaan, dan kebahagiaan seua anggota dalam masyarakat dari berbagai lapisan dan derajat kedudukannya.

Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam islam, hal ini dapat dilihat dari sebab-sebab :
a.       Islam telah menjadikan akhlak sebagai alasan kenapa agaa islam diturunkan.
b.      Islam menganggap orang yang paling tinggi derajat keimanan ialah mereka yang paling baik akhlaknya.
c.       Islam menganggap bahwa akhlak yang baik adalah amalan yang utama dapat memberatkan amal baik di akhirat.


B.     PERMASALAHAN
Permasalahan akhlak adalah merupakan permasalahan besar yang dihadapi oleh semua umat. Karena akhlak merupakan sesuatu keruntuhan ummah. Dipandang dari sudut reality masyarakat, ternyata dimasyarakat sedang menghadapi keruntuhan akhlak yang amat erat. Dan dari pembahasan diatas maka kami akan mengangkat permasalahan sebagai berikut :
1.      Tidak berbakti kepada orang tua
2.      Berkata dusta




C.     PEMBAHASAN MASALAH
1. Tidak Berbakti Kepada Orangtua
  Allah SWT berfirman “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’. Tuhanmu lebih apa yang ada dalam hatimu jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.” (QS. Al-Israa’ (17);23-25)
Yang termasuk kategori dosa besar terhadap Allah SWT salah satunya adalah perbuatan durhaka kepada kedua orangtua. Hal ini telah menjadai ketetapanNya.









151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).




17. Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar." Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka."
Faktor-faktor yang dapat menjerumuskan seseorang pada perbuatan durhaka kepada orangtua, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kebodohan
orang yang bodoh menjadi musuh bagi dirinya sendiri apabila seseorang tidak mengetahui akibat buruk perbuatan durhaka kepada orangtua dan juga tidak mengerti balasan berbakti kepada orangtua, baik balasan didunia maupun diakhirat, tentu hal itu akan menjadi penyebab yang menjerumuskan dirinya pada perbuatan durhaka dan memalingkannya dari kebajikan.
b. Pendidikan yang buruk
Orang yang tidak pernah mendidik anaknya tentang ketaqwaan, kebajikan, silaturrahim, dan nilai-nilai mulia, tentu secara tidak langsung menuntun anaknya untuk membangkang dan durhaka kepada diri mereka sendiri.
c. Kesenjangan antara ilmu dan amal
             Jika orangtua mengajarkan kebajikan kepada anak, namun mereka tidak mengamalkan kebajikan tersebut. Bahkan, melakukan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang mereka ajarkan pada anak, maka hal ini dapat menjadi factor pemicu pembangkangan anak kepada orangtua.
d. Pergaulan yang negatif
Ini adalah factor yang kerap merusak perilaku seorang anak dan membuat mereka berani berbuat durhaka. Disamping itu, pergaulan yang buruk akan meresahkan orangtua dan melemahkan pengaruh orangtua dalam pendidikan anak.
e. Kedurhakaan orang tua terhadap orangtua mereka
Ini diantara factor yang mendorong anak untuk berbuat durhaka kepada ayah atau ibunya. Ini yang perlu dicermati, hati-hati kepada hokum ala mini. Apabila orangtua durhaka kepada orangtua mereka, maka keduanya akan mendapat balasan yang setimpal berupa kedurhakaan anak-anak mereka. Karena gen mereka mengalir dari orangtua mereka sendiri.


f. Perceraian
Sebagian pasangan suami istri yang bercerai acapkali tidak mengadukan masalahnya kepada Allah SWT. Perceraian pun terjadi tidak atas pertimbangan yang baik. Bahkan, masing-masing pihak (suami istri) memamerkan kebaikan diri sendiri dan mencela pihak lain dihadapan anak. Jika anak bersama ibu, sang ibu akan menceritakan keburukan ayahnya, begitupula sebaliknya.
g. Pilih kasih
Tindakan ini akan menanamkan rasa dengki dan angkara murka dalam jiwa anak. Contohnya, dalam keluarga terdapat dua anak, dan orangtua tersebut lebih memperhatikan anak yang satu lagi, maka anak yang tidak diperhatikan tidak tanggung-tanggung akan memutuskan hubungan dengan orangtua.
Akibat-akibat durhaka kepada orangtua:
Durhaka kepada orangtua memiliki dampak dan akibat yang luarbiasa dalam kehidupan didunia saat sakaratul maut, dialam barzah, dan diakhirat. Akibat itu antara lain :
a. dimurkai oleh Allah SWT
Dalam hadist qudsi Allah SWT berfirman : “sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah adalah kalimat ‘Aku adalah Allah, Tiada Tuhan kecuali Aku, barang siapa yang diridhoi oleh kedua orangtuanya, maka Aku meridhoinya; dan barang siapa yang dimurkai oleh keduanya maka Aku  murka kepadnya;’ “
b. menghalangi doa dan menggelapi kehidupan (Al-kafi 2;447)
c. celaka didunia dan diakhirat (surat maryam;32)
d. Dilaknat oleh Allah SWT (al faqih 4;371)
e. Dikeluarkan dari keagungan Allah SWT (al faqih 3;565)
f.. Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah SWT
g. Sholatnya tidak diterima oleh Allah SWT  (al kafi 2;349)
f. Tidak melihat Rasulullah SAW pada hari kiamat
g. Diancam dimasukkan kedalam dua pintu neraka
h. Tidak akan mencium aroma surga (al wasail 21;501)
i. Menderita saat sakaratul maut
ADAB ANAK KEPADA ORANG TUA
Sebagai seorang anak yang sholeh dengarkanlah perkataan orang tua dengan sebaik-baiknya. Jalankanlah dan taati perintah mereka bila perintah itu sesuai dengan syarat Allah Ta’ala. Datanglah lekas jika mereka memanggil. Tundukkan kedua lengan bahu dan rendahkanlah diri di hadapan keduanya, seperti yang diperintahkan Allah dalam firmannya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang...” (Al Isra 24). Jangan merasa bosan berbakti kepada mereka. Jangan pula merasa bosan menjalankan perintah-perintah mereka. Jangan memandang mereka dengan pandangan sebelah mata. Janganlah anda sampai melengkingkan suara dihadapan mereka atau berkata dengan suara keras ketika berbicara dengan mereka. Jangan pula anda menghardik atau berkata “cis” kepada mereka, apalagi kalau sampai menyalahi, tidak mengindahkan perintah dan anjuran mereka.
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
Allah SWT berfirman “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu memngatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’ Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu, jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang tang bertobat.” (Qs. Al Israa (17): 23-25)
ADAB ORANG TUA KEPADA ANAK
         Sebagai orang tua bantulah mereka dalam berbakti kepadanya. Jangan membebani mereka dengan suruhan yang melampaui batas kemampuannya. Jangan pula membebani mereka hal-hal yang membosankan pada saat mereka sedang merasa jenuh. Berilah mereka semangat untuk membiasakan berbuat baik. Jangan memberikan pendidikan yang menyakitkan atau memukul sehingga melukai mereka.

2.   Berkata Dusta
Orang yang berdusta menunjukkan kelemahan dirinya dan dusta adalah salah satu daripada tanda munafiq. Apabila seseorang dikenal sebagai pendusta, maka tak seorang pun mempercayai perkataannya walaupun ia berkata benar. Jadi dusta adalah memberitakan sesuatu yang berlainan atau yang sebenarnya tidak ada dengan maksud untuk menjelekkan orang.
Kadang-kadang ia sendiri yang mengerjakan dosa, tetapi karena lincah dan lihainya berdusta, dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku; juga adakalanya secara positif lagi ia bertindak, yaitu mengadakan tuhmah kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tidak bersalah.
Orang seperti ini, setiap perkataannya tidak dipercaya orang, didunia ia akan memperoleh derita dan diakhirat ia akan menerima siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita, hendaklah berhati-hati jangan mudah diperdayakannya, sebab membuat fitnah, berdusta sudah memang hobinya, celakalah setiap pendusta, pengumpat, pemfitnah, dan pentuhmah.
Berhati-hatilah kalian dengan lidah, kecil bentuknya tak menjamin ia dapat dikontrol dengan mudah. Mungil wujudnya tidak lantas berarti ia tak berdaya dan lemah. Karena lidah banyak tercipta suasana kacau, perselisihan, permusuhan, fitnah dan pertumpahan darah.
Berdusta dalam tutur kata dan sumpah
Sifat ini termasuk dosa yang paling buruk celaan yang amat terkeji sekali
Sabda rasulullah SAW : “sesungguhnya dusta itu adalah pintu dari pintu-pintu nifaq.”
Sabdanya “ adalah suatu pengkhianatan yang besar yaitu apabila anda menyampaikan sesuatu berita kepada saudaramu, sedang ia mempercayai kata-katamu itu, manakala anda membohonginya.”
Sabdanya “barang siapa yang bersumpah atas sesuatu sumpah dosa untuk mengambil harta seseorang muslim tanpa hak (yakni secara haram), nanti dihari kiamat ia akan bertemu dengan Allah, sedangkan Allah murka ke atasnya”
Dusta yang dibolehkan, ketahuilah bahwa berdusta itu diharamkan, karena ingin melindungi bahaya yang akan menimpa ke atas orang yang ditunjukkan dusta itu, ataupun ke atas orang lain. Tetapi terkadang kadang bila dusta itu melindungi masalah itu, maka ketika itu ia dibolehkan. Begitu juga dusta itu kadang kala boleh menjadi wajib, apabila berkata benar akan membahayakan jiwa orang, seperti mengalirkan darah orang yang telah menyembunyikan dirinya seorang zalim, yang mau membunuhnya, maka ketika itu berdusta itu wajib.
Demikian juga dusta itu menjadi harus, untuk menghalang peperangan atau karena maksud mendamaikan dua orang yang bertentangan, ataupun melunakkan hati orang yang teraniaya, ataupun mempereratkan suami istri yang barang kali memerlukan berdusta. Maka hokum berdusta dalam hukum ini adalah harus, tetapi hendaklah ia melakukan dengan yang perlu saja, dan tidak melampaui batas atau berlebih-lebihan dengan membuat sesuatu yang tidak diperlukan.
Larangan memberi alasan yang dusta
Diberitakan bahwa para Salaf saleh telah membenarkan memberi alasan dengan berbohong, yaitu jika seseorang itu terpaksa berbohong karena suatu keperluan. Tetapi jika tidak ada hajat atau keperluan untuk berbohong, maka tidak dibolehkan memberikan alasan-alasan bohong. Atau berbohong dengan terang-terangan, tetapi memberi alasan bohong lebih ringan dengan dosanya.  
105. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.
36. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
62. Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).














BAB II
KESIMPULAN
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.
Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).
Akhlak mahmudah (akhlak al karimah) adalah segala tingkah laku yang terpuji, yang biasa disebut dengan “fadhilah” (kelebihan).

Sebagai kebalikannya dari akhlaqul karimah adalah akhlaqul mazmummah yang berarti tingkah laku yang tercela.

Cara meraih akhlaq al karimah.
Agar mengubah kebiasaan buruk, para ahli akhlak megajarkan beberapa hal yakni
a.         Niat yang sungguh-sungguh tanpa adanya keraguan sedikit pun.
b.         Adanya kesadaran yang mendalam akan perlunya kebiasaan tersebut ditinggalkan.
c.         Dalam melaksanakan niat tersebut hendaknya setia sesuai dengan apa yang diniatkan.
d.        Mengisi kekosongan dengan kebaikan setelah kebiasaan buruk dibuang.
e.         Mencari waktu yang baik untuk melakukan niat itu.
f.          Memelihara kekuatan penolak yang terdapat dalam jiwa



0 komentar: