Terapi adalah proses penyembuhan yang diberikan seseorang kepada orang lain. Terapi menurut behaviour adalah proses penyembuhan yang diberikan seseorang kepada orang lain melalui suatu metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial bermanfaat dan mengurangi atau menghilangkan hal-hal kebalikan yang merupakan masalah.
Dalam kamus, definisi terapi adalah “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak disebut menyembuhkan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang sakit dapat dianggap terapi.
Terapi adalah salah satu bentuk intervensi terstruktur yang dilakukan agar anak dapat berkembang optimal. Kebanyakan anak mengalami gangguan perkembangan yang berkaitan dengan masalah atensi, perilaku, emosi, bicara, atau ketidakseimbangan sensori. Karena setiap anak adalah unik, maka gangguannya pun akan sangat unik. Ada faktor lingkungan (baca : keluarga) yang juga berpengaruh pada gangguan yang dialami oleh anak. Kapan perlu terapi? Sekali lagi, jawabannya adalah : jika perlu. Ada beberapa kasus gangguan yang tidak memerlukan terapi, karena psikolog menganggap keluarga dapat berperan aktif dan membantu anak untuk mengembangkan kemampuannya agar optimal. Kalau perlu terapi, maka Psikolog akan menyarankan jenis terapi tertentu. Tidak ada psikolog/dokter yang dapat memperkirakan berapa lama seorang anak akan melaksanakan terapi. Pelaksanaan terapi harus terus dievaluasi oleh Psikolog/Dokter agar perkembangan anak dapat terarah.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi tungkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup dan berkembang sebagai seorang individu. Ciri-ciri dari definisi mengenai psikoterapi akan dijelaskam dibawah ini:
1) Interaksi sistematis.Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara pasien dan terapis. Kata sistematis adalah terapi menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
2) Prinsip-prinsip psikologis.
3) Tingkah laku,perilaku, dan perasaan. Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif, dan emosional.
4) Tingkah laku abnormal, memecahkan masalah, dan pertumbuhan pribadi.
Tingkah laku abnormal seperti gangguan suasana hati, skizofrenia, dll. Untuk beberapa gangguan ini terapi biologis umumnya menggunakan peranan yang utama dalam perawatan, seperti skizofrenia. Orang –orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau masalah pribadi yang tidak terlalu berat seperti perasaan malu. Orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana memperoleh pertumbuhan yang baik.
Tingkah laku abnormal seperti gangguan suasana hati, skizofrenia, dll. Untuk beberapa gangguan ini terapi biologis umumnya menggunakan peranan yang utama dalam perawatan, seperti skizofrenia. Orang –orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau masalah pribadi yang tidak terlalu berat seperti perasaan malu. Orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana memperoleh pertumbuhan yang baik.
Psikoterapi memerlukan interaksi verbal yaitu berinteraksi dengan pasien yang melibatkan pembicaraan. Dalam interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalh pendengar yang penuh kreativ. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang akitif bukanlah pasif. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata.
Ciri-ciri umum dari psikoterapi adalah memberikan pasien suatu perasaan akan harapan. Terapis yang bertanggung jawab tidak menjanjikan hal-hal atau menjamin kesembuhan, melainkan menanamkan hal-hal yang positif terhadap pasien dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Harapan-harapan positif disebut akibat-akibat-akibat harapan (expectancy effects).
A. Pengertian perilaku
Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan. Simpang, sebagai kata dasar menyimpang memiliki pengertian sebagai (1) sesuatu yang memisah (membelok, bercabang, melencong, dan sebagainya) dari yang lurus (induknya); (2) tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus (tentang jalan). Sedangkan pengertian menyimpang sendiri adalah (1) membelok menempuh jalan yang lain atau jalan simpangan ; (2) membelok supaya jangan melanggar atau terlanggar (oleh kendaraan dan sebagainya); menghindar (3) tidak menurut apa yang sudah ditentukan ; tidak sesuai dengan rencana dan sebagainya ; (4) menyalahi (kebiasaan dan sebagainya); (5) menyeleweng (dari hukum, kebenaran, agama, dan sebagainya).
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
- Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
- Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)
Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
Perilaku menyimpang ini, pada mulanya berasal dari kebiasaan seseorang pada masa remajanya yang terus terbawa di bawah sadar sampai seseorang tersebut dewasa. Untuk itu alangkah baiknya dicari tahu tentang perilaku menyimpang pada remaja. Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak (juvenile delinquency) dilakukan oleh M. Gold dan J. Petronio (Weiner, 1980,hlm.497) yaitu sebagai berikut:
Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Dalam definisi tersebut di atas faktor yang penting adalah unsur pelanggaran hukum dan kesengajaan serta kesadaran anak itu sendiri tentang konsekuensi dari pelanggaran itu. Oleh karena itu, merokok menurut definisi tersebut bukanlah kenakalan selama tidak ada undangundang yang melarang anak di bawah umur untuk merokok. Demikian juga halnya dengan seorang anak yang berumur 17 tahun yang minum bir di negara bagian (di Amerika) yang tidak melarang anak di bawah umur 18 tahun untuk minum. Ia tidak dianggap nakal selama ia tidak mengetahui adanya ketentuan-ketentuan hukum itu dan karenanya ia tidak sengaja melanggar hukum yang berlaku (misalnya karena remaja itu sedang berlibur ke negara bagian lain, sedangkan di negara bagiannya sendiri batas usia minum minuman keras adalah 16 tahun) (Sarwono, 1989:196-197).
Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 1989:197).
Perilaku menyimpang sendiri yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah tanggapan atau reaksi yang terwujud diaction (sikap); tidak saja badan atau ucapan; yang tidak menurut apa yang sudah ditentukan, yang menyalahi kebiasaan pada umumnya, ataupun menyeleweng dari hukum, kebenaran, agama, dan sebagainya.
Dalam pengertian ini, maka gaya hidup minum-minum berlebihan,party berlebihan yang akhirnya melibatkan obat-obatan terlarang, gaya hidup seks bebas dan sebagainya dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang.
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
· fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya
· ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi
· waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut. Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt. overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat), covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang melakukannya). Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt).
Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenberger, Tahun 2001). Analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi. Pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur pengubahan perilaku untuk membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku).
Gambaran Perilaku
1. Perilaku : respon yg timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus lingkungan & dpt dikontrol secara primer oleh konsekuensi2nya
2. Perilaku dpt diamati, diukur, & observasi dicatat oleh diri sendiri maupun orang lain
Ø Observasi bersifat subyektif dilakukan diri sendiri
Ø Observasi bersifat obyektif dilakukan orang lain
3. alat komunikasi Perilaku yg ditampilkan : verbal dan nonverbal
Aplikasi Teoritis
i. penerapan modifikasi perilaku
modifikasi perilaku dpt diterapkan utk mengatasi beberapa masalah, diantaranya :
· menurunkan tingkah laku merusak diri.
· merubah tingkah laku yg tdk diharapkan
· melatih orang tua, guru, sukarelawan & perawat agar lebih efisien dlm menjalankan perannya
· mengurangi tingkah laku maladaptif yg khusus : kurangnya kebersihan diri dll
· kontrol perilaku
2. strategi modifikasi perilaku
>sebelum memulai program, perawat harus melakukan hal-hal sbb :
a. pengkajian dan mengumpulkan data tentang perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti menetapkan masalah : dan maksud dari perilaku yang klien tampilkan data merumuskan masalah
b. rencana intervensi :
hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
Ø menetapkan tujuan/tingkah laku yang diinginkan dan gambaran hasil-hasil perilaku/kriteria hasil
Ø menentukan langkah awal utk mencapai tujuan
Ø menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yg terlibat dlm terapi tsb
Ø menetapkan konsekuensi sebagai reward/punishment yang disetujui bersama klien.
Jenis konsekuensi diantaranya : uang, makanan reward materi, puji-pujian reward pengganti/surogate reward, dukungan di dalam group reward sosial, kesempatan melakukan aktifitas reward tingkah laku menetapkan langkah-langkah yangg spesifik dengan memperhatikan proses pembentukan tingkah lakumenyusun dan memilih jadual reinforcement dan punishment, seperti berikut :
penyusunan jadual reinforcement yaitu :respon perilaku yang tampak, jadual reinforcement interval : pemberian penguatan utk perilaku yang telah dibentuk dlm periode waktu tertentu
1) jadual reinforcement interval
jadual interval tetap : pemberian penguatan berdasarkan waktu yang stabil/tetap, contoh : setiap 30 menit, hari, minggu, bulan dsb.
karakteristik : perilaku yg diinginkan meningkat sebelum akhir interval & akan menurun setelah diberi reinforcement ada kecenderungan meningkat secara bertahap sampai akhir interval jadual interval variasi : pemberian penguatan dengan jarak waktu yang bervariasi. karakteristik : menghasilkan pembentukan perilaku yang tinggi dapat menurunkan perilaku secara bertahap
2) jadual reinforcement penampilan (performance)
jadual rasio tetap (fixed ratio) : membutuhkan sejumlah perilaku klien yang diharapkan untuk setiap kali reinforcement. contoh : setiap 5 perilaku yang ditampilkan akan diberikan 1 kali reinforcement. karakteristik : penampilan perilaku akan berkembang cepat dan relatif stabil, jadual rasio variasi (variabel ratio) : pemberian reinforcement untuk sejumlah perilaku yang banyaknya bervariasi.
contoh : reinforcement diberikan setelah 3, 7, 9, 15 perilaku yang ditampilkan, karakteristik : membentuk perilaku yang tinggi, perkembangannya kurang cepat, tingkat stabilitas tinggi pemilihan jadual reinforcement tergantung pada:
· berat ringannya masalah : masalah yang mengancam dapat disusun jadual ratio tetap dengan jarak yang kecil & secara bertahap (rasio variasi)
· lamanya perilaku tsb diperlukan : jika perilaku hanya perlu dilakukan di rasa dapat digunakan jadual interval tetap dengan jarak interval pendek & interval variasi
· usia klien : pada anak-anak perubahan atau pembentukan perilaku lebih cepat menggunakan jadual rasio, interval tetap & variasi
· jumlah orang yg terlibat : secara umum membutuhkan lebih banyak orang karena perilaku yg ditampilkan dihitung
C. Terapi Perilaku
Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan) yang menyenangkan.
Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Terapi perilaku sangatlah penting untuk anak-anak yang memilki kebutuhan khusus agar bisa beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Disini bukan hanya guru atau pengajar saja yang wajib mengajarkan metode ini, orang tua juga harus ambil bagian dalam pelaksanaan terapi ini. Terapi perilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi bersosialisasi
- terapi wicara
Bagi penyandang autisme speech delay, speech therapy adalah terapi yang penting karena mengalami gangguan berbicara dan kesulitan bahasa. Terapis harus mempunyai pengetahuan bagaimana berbicara dengan anak autis speech delay. Terapi ini berguna untuk memperbaiki kemampuan bebicara.
- terapi okupasi
Berkaitan dengan penanganan motorik halus yang kurang. Pada anak-anak ini diperlukan untuk memperbaiki koordinasi dan kemampuan ototnya. Misalnya memperbaiki otot tangan. Otot tangan berguna untuk menulis dan aktivitas mengengam. Terapi okupasi membutuhkan terapis yang ahli dibidang okupasi.
- terapi bersosialisasi
Agar perilaku dapat diterima oleh umum, dibutuhkannya kontak mata dan kepatuhan. Terapi ini berisi tentang pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa represif dan ekspresif. Kemudian diajarkan tentang tata krama dan peraturan.
Gangguan perilaku diatasi dengan terapi perilaku (behavioral). Tujuannya agar perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis (ABA) yang diciptakan oleh O. Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).
Terapi ini berupaya memberikan rewards positif jika anak merespons secara benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Jika responnya tidak positif, anak tidak mendapatkan hukuman melainkan tidak mendapatkan rewards positif. Terapi dilakukan untuk mengajari anak tentang aturan.
0 komentar:
Posting Komentar