Pages

Selasa, Mei 3

Resensi Novel - Narasoma


Oleh Sinarbulan Friday, 14-March-2008, 07:50:33

Narasoma adalah putra mahkota Mandraka, anak lelaki Raja Mandarapati. Ia diusir dari tanah airnya karena berlaku pongah dan berhadapan dengan seorang raksasa yang mulia bernama Begawan Bagaspati. Kemudian Narasoma digembleng sekaligus dinikahkan dengan putrinya, Pujawati. Sayangnya, sang pangeran belum dapat mengendalikan tutur kata. Ia melukai perasaan istri tercinta dengan menyatakan malu memiliki mertua bangsa raksasa. Terjadilah peristiwa yang memeras airmata, Begawan Bagaspati menemui ajalnya demi kehormatan Pujawati. Ia mewariskan ajian sakti Candrabirawa kepada Narasoma yang diliputi perasaan sesal.
Narasoma menggantikan ayahandanya di Mandraka setelah Prabu Mandarapati bunuh diri dan menjadi Prabu Salya. Rahasia asal-usul Pujawati disimpannya rapat-rapat sehingga ia bahkan membuang putra mereka yang sangat kentara ciri raksasanya, Burisrawa, di kediaman seratus Kurawa di desa Gajahoya. Perasaan bersalah, yang tidak juga hilang setelah Prabu Salya mengangkat putra sulungnya sebagai anak, agaknya membuat ia membela Kurawa dalam Baratayudha.

Ada dua kejadian yang berbeda dengan ingatan saya sesuai berbagai referensi yang pernah saya baca. Pandu Dewanata dikisahkan mengalahkan ajian Candrabirawa ketika Narasoma bertanding dengan Basudewa sehingga ia berhak menyunting Dewi Kunti. Dalam sebuah komik, Narasoma benar-benar mengikuti sayembara dan menantang Pandu yang sudah menang dengan iming-iming Dewi Madrim, adiknya. Novel ini juga memaparkan bahwa Pandu dan Madrim tewas seketika oleh amarah dewa-dewa karena memanah sepasang kijang jelmaan. Menurut versi lain, kijang jelmaan pertapa itu mengutuk Pandu agar tak bisa berkasih-kasihan dengan istrinya. Suatu ketika, Pandu tidak dapat menahan diri dan menghembuskan nafas terakhir di peraduan. Dewi Madrim mengikutinya dengan membakar diri karena dirundung rasa berdosa.

'Narasoma' tak sekadar mengisahkan perang saudara yang amat memilukan, beserta adu kesaktian yang ditampilkan secara rinci dan cukup seru. Novel ini mengetengahkan pergolakan batin seorang ksatria yang bimbang atas pihak yang dibelanya, persiapan seorang prajurit menyongsong kematiannya, dan kesedihan seorang ayah atas kematian putranya. Tak kalah mempesona, kisah Karna yang marah kepada nasib malangnya sebagai anak terbuang namun ditangisi Batara Surya saat ia gugur di Kurusetra.

Penulis: Pitoyo Amrih
Penerbit: Pinus
Tebal: 358 halaman
Cetakan: I, Juni 2007
Beli di: BBC Palasari, Bandung
Skor: 8

Sinarbulan, Bandung
sinarbulan.multiply.com

0 komentar: