PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif yaitu sifat perubahan yang tidak bisa diukur secara kuantiti tetapi ternyata peubahan sudah berlaku yang melihatkan sifat berlainan dari pada peringkat terdahulu. Perkembangan kognitif dan bahasa tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berfikir yang berbeda-beda. Bahasa merupakan urutan respon, atau sebuah imitasi. Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu.
Oleh kerena itu, pada setiap taham di dalam tahap perkembangan, interaksi linguistik anak. Pekembangan pemahaman bahasa pada anak bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting. Bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembanagn yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu,
Selain itu, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Sehingga untuk dapat memahami perkembangan kognitif dan bahasa peserta didik maka pendidikan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif seperti: sekolah, perguruan tinggi, dan instansi-instansi yang lain.
2. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan kognitif dan bahasa
2. Bagaimana perkembangan kognitif dan bahasa
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang bagaimana perkembangan kognisi dan bahasa
2. Memahami konsep perkembangan kognisi dan bahasa
3. Mengetahui manfaat mempelajari perkembangan kognisi dan bahasa
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Pengertian kognitif
Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusunpengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
2. Teori Perkembangan Kognitif
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
• Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
• Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
• Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
• Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
a. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
b. Periode praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
c. Periode operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
d. Periode operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
3. Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
4. Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
- Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
- Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
5. Isu dalam perkembangan kognitif
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.
a. Tahapan perkembangan
- Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
- Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
- Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
b. Natur dan nurture
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
c. Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.
6. Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
a. Teori perkembangan kognitif neurosains
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu :
- Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses
- Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur
e. Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
f. Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff.
B. BAHASA
1. Pengertian bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri; percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun.Sumber : S.S, Daryanto. 1997. Kamus Besar Indonesia
2. Perkembangan bahasa dalam sejarah
Abad Permulaan bahasa merupakan perjanjian yang disengaja antar manusia. Pandangan ini dianut oleh aliran sofisme. Yang bertentangan dengan padangan ini adalah aliran stoicijn yang memandang bahasa sebagai kecakapan alamiah.
Pandangan Plato dan Aristoteles menjembatani kedua pandangan tersebut diatas. Filsafat bahasa sebagai suatu disiplin sendiri dalam filsafat baru timbul sejak Wilhelm Von Humboldt pada tahun 1966-1835. Dengan adanya perbandingan ilmu-ilmu bahasa, maka studi yang sistemtis mengenai susunan bahasa yaitu hubungan antara berpikir dan berbahasa antara fungsi ekspresi dan fungsi untuk melukiskan dalam berbahasa.
Bagi Psikologi yang sebagian berakar pada filsafat, maka bahasa sejak mula merupakan objek studi yang pokok. Para pioneer dalam psikologi perkembangan telah memberikan sumbangan yang sangat penting mengenai pengertian perkembangan bahasa.
Dengan bukunya Die Krise der Psychologie yang pada tahun 1965, Buhler ingin mengajukan kritik untuk dapat mengatasi krisis dalam psikologi. Ia mendasarkan diri pada arti kata Yunani Krino = Saya membedakan. Dia membuat teorinya yang merupakan reaksi yang beralasan terhadap pendekatan-pendekatan behavioristik serta pendekatan Wundt bersifat bewusst sein psychologysch. Wundt mendasarkan teori bahasanya pada aksiom parallel, artinya bahwa gerakan-gerakan fisik merupakan pernyataan gerakan-gerakan psikis, jadi paralelisme antara gejala batin dan gejala luar.
Buhler memberikan kritik terhadap pendapat Wundt ini. Wundt selanjutnya mengatakan ada perbedaan dalam gerakan-gerakan ekspresi hewan dan manusia. Bahasa yang terdiri dari suara-suara tadi berkembang menjadi sektor sendiri melepaskan dari gerakan-gerakan ekspresi.
Buhler menentukan 3 macam faktor yg menentukan dalam teori bahasa :
1. Appell, yaitu apabila kita ingin menyatakan sesuatu harus ada orang lain yang dapat dicapai oleh pernyataan tadi.
2. Ausdruck, yaitu bahasa mempunyai fungsi ekspresif.
3. Darstellung, yaitu bahasa memiliki fungsi untuk melukiskan sesuatu, meletakkan atau mengerti hubungan antara yang satu dengan ang lain, dapat memformulasi ide-ide.
Semantik menunjukkan adanya dwi – tunggal : Seorang yang memberikan tanda dan seorang yang menerima tanda atau si pemberi tanda dan si penerima tanda. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi social. Fungsi sosialnya ada dalam semantik. Bahasa selalu termasuk dalam jaringan social dan bahasa mempunyai fungsi – fungsi ekspresif.
3. Keadaan sekitar 1965
Ahli linguistic Chomsky tahun 1959 mengenai “Verbal Behavior” nya Skinner mempublikasikan bukunya “Syntactic Structuress” dalam publikasi ini banyak diskusi, hasil-hasil penelitian di tinjau dari sudut pandangan yang lain, penelitian-penelitian baru mulai diadakan dan pandngan-pandangan baru yang berbeda-beda timbul. Chomsky tidak hanya menyelidiki :
1. Perkembangan bahasa
2. Epistemologi filsafat
3. Perkembangan kognitif
Berdasarkan Ceramah Frank Kessel 28–10-1974 maka perhatian pada sekitar tahun 1965 tertuju pada hal-hal dan pernyataan-pernyataan :
1. Sintaksis anak
2. Produksi kata-kata anak
3. Muncul pengertian : perkembangan bahasa yang sesungguhnya dimulai sekitar umur 1½ tahun selesai pada kurang lebih tahun ke 4 dan ke 5
4. Kemungkinan linguistik apa ? ; struktur semantik apa ?
5. Apakah ada stadium-stadium yang universal dalam bahasa ?
6. Keyakinan bahwa peranan lingkungan sangat kecil dalam perkembangan bahasa
7. Perhatian ditujukan pada bahasa egosentrik anak
8. Timbul Head Start Project
Perlu dikemukakan bahwa dari kedelapan hal yang dikemukakan tersebut masih ada satu yang menjadi pusat perhatian : kemungkinan-kemungkinan linguistik dan yang berhubungan dengan itu : struktur semantik, perkembangan semantik, dan arti bahasanya.
4. Pandangan yang Nativisme
Menurut pandangan yang nativistik atau organismis maka struktur bahasa telah ditentukan secara biologis. Tokoh yang penting dari pandangan ini adalah ahli linguistic : Chomsky. Masih sedikit penelitian yang menguji hipotesis ini. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian :
1. Penelitian mengenai timbulnya kalimat negative pertama
2. Bentuk pertanyaan pertama
3. Penelitian mengenai relasi dasar tata bahasa
Mengenai butir yang pertama, dapat dikatakan bahwa pada kalimat pertama yang berstruktur tata bahasa sudah ada kalimat negatifnya. Misalnya suatu kalimat yang menunjukkan sesuatu diberi suatu morfeem yang menunjukkan negasi, misalnya kalimat : makan pisang diberi morfeem tidak menjadi atau tidak makan pisang. Di duga bahwa pada bahasa-bahasa lain juga terdapat cara pengingkaran seperti itu. Peningkatan dalam bahasa anak mempunyai persamaan dengan pengingkaran yang terdapat pada struktur dalam atau struktur inti kalimat orang dewasa.
Mengenai butir yang kedua kalimat pertanyaan juga sudah nampak dalam perkembangan bahasa anak sejak awal. Dalam sementara buku pelajaran masih dikemukakan bahwa umur 3 tahun dianggap sebagai umur bertanya, karena sekitar umur ini anak selalu ingin bertanya dan selalu ingin mengerti segalanya, mengapa itu, begini atau begitu. Juga dalam hal ini bentuk kalimat pertanyaannya menunjukkan persamaan dengan struktur dalam atau struktur inti kalimat orang dewasa.
Mengenai butir yang ketiga, pertanyaan yang tetap mengenai fungsi bagian kalimatnya, baru dapat dilakukan bila bagian itu mempunyai hubungan dengan struktur dalamnya suatu kalimat. Dari struktur luarnya atau struktur permukaannya, fungsi-fungsi tersebut belum dalam diketahui. Dalam hubungan ini telah diadakan analisis mengenai berbagai relasi dalam tata bahasa yang selalu ada hubungannya dengan struktur dalamnya suatu kalimat yang diduga bersifat universal bagi bahasa yang berbeda-beda.
5. Pandangan Empiris
Pandangan ini bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa kemampuan apa-apa. Ia masih perlu banyak belajar, juga belajar berbahasa yang dilakukan anak melalui imitasi, belajar model, belajar dgn reinforcement (Skinner), teori stimulus respons untuk menerangkan perkembangan bahasa teori belajar sosial (Bandura), mencoba menerangkannya dari sudut pandangan teori sosial belajarnya. Dia berpendapat bahwa anak belajar bahasa karena menirukan suatu model. Tingkah laku imitasi ini tidak mesti harus menerima reinforcement, sebab belajar model dalam prinsipnya lepas dari reinforcement dari luar. Pendapat–pendapat ini belum dapat menerangkan mengapa anak-anak pada suatu saat membuat kalimat-kalimat baru yang belum pernah dibuat sebelumnya dan mengapa anak membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan bahasa yang tidak dipelajari melalui imitasi dari luar.
Memang teori belajar dapat memberikan pengertian mengenai peranan interaksi antara ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa, interaksi bahasa antara ibu dan anak menentukan apakah anak dapat meluaskan kompetensi bahasanya atau tetap tinggal pada kompetensi yang relatif sederhana, anak belajar untuk meluaskan kalimat.
Piaget dengan teori interaksinya menitikberatkan akan aktivitas anak, akan sikap manipulasi dengan benda-benda. Anak bertingkah laku aktif dengan sekeliling atas dasar struktur pengertian yang sudah ada, anak mendapat pandangan baru, struktur pengertian baru.
6. Pandangan Ekologi
Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara Ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas daripada normalnya, dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana. Sulitnya berbicara dengan cara ini apabila tidak ada bayi. Tetapi segera Anda mulai berbicara dengan seorang bayi, Anda segera mengubah gaya bicara Anda menjadi cara Ibu. Banyak diantara cara berbicara ini bersifat otomatis dan sesuatu yang kebanyakan orang tua tidak menyadari apa yang sedang mereka lakukan. Cara Ibu berbicara dengan bayi memiliki fungsi menarik perhatian bayi dan terus menjaga terjadinya komunikasi. Ketika orang tua ditanyakan mengapa mereka menggunakan cara berbicara bayi mereka mengatakan bahwa cara berbicara bayi itu dirancang untuk mengajarkan bayi mereka berbicara. Teman-teman sebaya bayi yang lebih besar juga berbicara dengan cara berbicara bayi dengan bayi lain walaupun pengamatan terhadap saudara-saudara kandung menunjukkan bahwa gambaran afeksional berkurang ketika muncul persaingan saudara kandung.
Ada strategi lain selain cara berbicara ibu dengan bayi (motherese) yang digunakan oleh orang dewasa untuk memperkaya penguasaan bahasa anak. Strategi itu adalah: pertama, menyusun ulang (recasting), kedua, menggemakan (echoing), ketiga memperluas (expanding), dan yang terakhir adalah memberi nama (labelling). Menyusun ulang adalah pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan mengubahnya menjadi suatu pertanyaan. Menggemakan ialah mengulangi apa yang anak katakan kepada Anda, khususnya kalau perkataan itu adalah suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna. Memperluas ialah menyatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang secara linguistik “canggih”. Memberi nama ialah mengidentifikasi nama-nama benda. Penggunaan labelling ini sering dilakukan oleh orang tua ketika mereka mencoba mengidentifikasi apa yang bayi lakukan saat ini.
Chomsky mengatakan, kalau pencapaian linguistik anak-anak pada ummnya terlalu besar untuk bisa dijelaskan jika kita beranggapan hal itu diajarkan oleh lingkungan. Menurutnya, membandingkan perkembangan gramatika dengan pertumbuhan organ-organ fisik, seperti jantung atau alat-alat penglihatan embrionik. Disini sangat jelas kalau struktur-struktur yang muncul terlalu rumit untuk bisa dijelaskan hanya lewat masukan lingkungan (seperti oxygen atau nutrisi). Lingkungan memang vital, namun ia hanya mendukung atau mengaktifkan pola-pola yang secara intrinsik sudah ditentukan. Dengan cara yang sama sederhananya, lingkungan linguistik utamanya memacu pengkonstruksian sistem-sistem gramatika yang polanya sudah ditentukan oleh cetak biru genetik manusia.
Menurut Chomsky, penyiapan parameter oleh anak ini bukanlah masalah yang sulit, sama seperti kita menyiapkan pergantian + atau -. Selain itu, jumlah pergantian yang harus disiapkan juga tidak banyak. Karena itu, persyaratan gramatika yang dibutuhkan hanyalah sejumlah kecil masukan dari lingkungan.
7. Pandangan Behavior
Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya merupakan urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kaliamat yang kita hasilkan adalah baru; kita tidak mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya. Misalnya seorang anak mendengar kalimat “piring jatuh ke lantai” dan kemudian mengatakan “cerminku jatuh ke selimut”, setelah menjatuhkan cermin ke atas selimut. Mekanisme penguatan dan imitasi perilaku tidak dapat secara sempurna menjelaskan hal ini.
8. Pandangan Kognitif
Pada dasawarsa yang lalu, suatu pemahaman baru tentang perkembanan kognitif bayi mulai berkembang. Selama bertahun-tahun, landasan Piaget begutu dikenal dan dihargai secara luas sehingga banyak psikolog berkesimpulan : bayi manusia melampaui suatu periode yang panjang dan berkelanjutan dimana mereka masih belum dapat berpikir. Bayi dapat mengenal benda-benda dan tersenyum kepada benda-benda itu, merangkak dan memanipulasi benda-benda, tetapi bayi belum memiliki konsep dan gagasan atas benda-benda itu. Piaget yakin bahwa ketika bayi mulai memasuki tahap akhir perkembangan sensori motorik pada kira-kira usia 1,5 hingga 2 tahun barulah bayi benar-benar belajar bagaimana mengenali dunia sekitarnya secara simbolis dan konseptual.
9. Permulaan bicara : meraban ( mengoceh)
Suara pertama yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan. Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anak dapat bernapas, karena mulai saat itu anak harus bernapas sendiri.
Suara-suara yang dikeluarkan anak dapat dibedakan antara suara tangisan dan ocehan. Tangis menunjukkan keadaan tidak senang, sedangkan ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasan. Tangis merupakan appel dan ekspresi menurut Buhler. Tangis bukan gejala yang berdiri sendiri, tangis adalah tingkah laku refleks terhadap sesuatu karena menunjukkan ketidaknyamanan, sekaligus menginginkan reaksi sekelilingnya.
Van Ginneken (1917) dalam bukunya Roman Van een Kleuter menceritakan mengenai Keesje bahwa suara-suara pertama huruf hidup / vocal, tangis terletak pada dasar vokalisasi, ketawa pada dasar artikulasi.
Gregori ( 1937) dalam bukunya Liapprentissge du Lagage bahwa suara pertama a, i, u, e, o . Alat fonetiknya masih sangat rudimenter. Kedua tokoh tersebut berpendapat bahwa bahasa mempunyai dasar fisiologis. Suara-suara pertama oleh kedua tokoh tersebut dianggap mempunyai dasar fisiologis-biologis merupakan proses emosional karena rasa nyaman dan tidak nyaman tadi memang ditentukan oleh faktor-faktor fisiologis, namun mempunyai arti emosional juga. Meraban dimulai umur 3 bulan diakhiri 9 – 12 bulan. Meraban atau mengoceh mempunyai variasi yang lebih banyak daripada menangis, mulai bulan ke-6 ocehan mempunyai fungsi komunikatif, ada waktu istirahat ± 4 minggu dari ocehan bisa menjadi ocehan yang bersifat komuniktif. Pada umumnya ±10 bulan anak mulai menirukan kata-kata.
10. Kalimat satu kata dan kalimat dua kata
Satu kata yang diucapkan anak harus dianggap sebagai satu kalimat penuh, contoh : kursi diartikan “saya mau duduk di kursi”. Kata-kata pertama anak tidak bisa dipandang sebagai penyebutan objek murni, mereka mempunyai isi psikologis yang bersifat intelektual, emosional, volisional (anak menunjukkan mau dan tidak mau akan hal sesuatu). ± 6 bulan fonem-fonem ini digabung menjadi kombinasi suara yang kompleks. Kombinasi itu terutama dilakukan dengan bibir dan ujung lidah contoh : ma - ma ; ba – ba ; da – da. ± Bulan ke-18 dan ke-20 datang kalimat dua kata yang pertama. Ada dua kelompok kata spesifik yaitu pivot dan kata terbuka
1. Pivot : kata-kata yang sering dipakai anak.
2. Kata terbuka : kata-kata yang tidak sering dipakai anak, ditambah kata-kata baru.
Contoh :
Pivot Terbuka
Gi (pergi)
Gi (pergi)
Gi (pergi) Susu
Mama
oto
“Gi susu” : anak tidak mau minum susu lagi
“Gi mama” : anak ingin pergi dengan mamanya
“Gi oto” : otonya baru saja pergi
Dalam kalimat dua kata yang penting adalah intensitas semantiknya ( arti daripada apa yang dimaksudkan).
11. Kalimat Tiga Kata
Dari kalimat tiga kata dalam arti struktural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata. Perubahan ini terjadi ± antara bulan ke-24 dan ke-30. Segera terjadi differensiasi dalam kelompok kata-kata. Struktur sintaksis pendapat arti yang makin besar (rangkaian kata-kata dalam kalimat serta berubahnya kata-kata. Urutan kata-kata relatif konstan.
Menurut Schaerlaekens (1977) maka periode kalimat-satu-kata disebut pra-lingual, Kemudian datang periode lingual awal dari 1 tahun sampai dengan lebih kurang 2 ½ tahun ( periode kalimat dua kata). Dan akhirnya mulai kurang lebih 2½ tahun datanglah periode defferensiasi ( periode kalimat tiga kata dengan bertambahnya differensiasi pada kelompok kata dan kecakapan verbal).
12. Penelitian Mengenai Kecakapan Berbahasa
Penelitian yang dilakukan oleh Buhler dan lain-lain yang berwujud observasi mengenai bahasa anak, sekarang terdapat alat-alat baru untuk menyelidiki kecakapan bahasa pada anak. Misalnya sekarang ada kemungkinan untuk menyelidiki seberapa jauh anak mampu untuk menirukan bahasa orang dewasa. Disini akan dibedakan adanya 2 macam peniruan :
1. Peniruan spontan bahasa orang lain, biasanya bahasa orang tua.
2. Peniruan yg dilakukan anak sesudah anak menerima tugas untuk melakukan itu
Hasil umum mengenai tes semacam itu adalah bahwa anak lebih pandai untuk mengadakan imitasi daripada mengerti kalimat dan bahwa kecakapan untuk mengerti tadi lebih tinggi daripada kecakapan untuk memproduksi kalimat-kalimat sendiri.Penelitian bahasa pada umumnya dibedakan antara :
1. Perkembangan fonologis – atau penguasaan sistem suara atau bunyi
2. Perkembangan morfologis – atau penguasaan pembentukan kata-kata
3. Perkembangan sintaksis – atau pernapasan tata bahasa
4. Perkembangan leksikal – penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahun mengenai arti kata-kata.
5. Perkembangan semantis – atau penguasaan arti bahasa
13. Perkembangan Semantik
Menghitung atau mengobservasi kuantitatif mengenai pertumbuhan kekayaan bahasa anak tidak dapat banyak memberikan pengertian akan perkembangan semantisnya. Alasan :
1. Sebuah kata baru dalam bahasa anak tidak memberikan pengertian apa-apa mengenai arti kata itu bagi anak.
2. Kekayaan kata-kata hanya merupakan satu daftar kata-kata saja karena relasinya antara arti kata-kata itu menentukan arti kalimatnya
3. Penelitian mengenai kekayaan kata-kata belum memberikan pengertian mengenai proses yang dapat merubah arti kata- kata menjadi arti kalimat.
Hambatan yang paling besar dalam penelitian mengenai perkembangan semantis terletak pada kenyataan bahwa kompetensi semantis bahasa orang dewasa sampai sekarang hampir tidak dimengerti hingga belum ada titik referensi yang betul-betul untuk meneliti perkembangan semantik.
Referential theory atau teori relasi teori ini hampir tidak bisa menerangkan bagaimana seorang belajar kata-kata dan arti kata-kata. Contoh : “tetapi” dan “karena” relasi atau maksud yang ada dalam suatu kata tertentu juga dapat di intepretasi macam-macam oleh orang yang berbeda. Teori tingkah laku arti suatu kata itu ditentukan atau tergantung pada reaksi-reaksi orang yang mendengar kata tersebut.
Sebagian besar informasi mengenai perkembangan semantik di dapatkan tidak dengan eksperimen-eksperimen yang dikontrol, melainkan datang dari observasi-observasi pada psikolog dan para ahli linguistik mengenai anak-anak mereka sendiri.
Masalah arti kata-kata pada hakekatnya merupakan masalah informasi pengertian. Ada beberapa macam kesalahan :
1. Anak menggunakan kata-kata pada keadaan yang tidak tepat
2. Ia tidak mampu menggunakan kata tertentu pada suatu situasi yang sama
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. HJ. Samsunumiyati, “Psikologi Perkembangan”, PT Remaja Rosda Karya , Bandung
Drs. H. Ahmad Fauzi, “Psikologi Umum”, Pustaka Setia, Bandung
Conny Semiawan, dkk. “Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini” PT Remaja Rosda Karya , Bandung
Latis Modular Dan Sifat-sifatnya.
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar