IBADAH qURBAN: BUKTI SYUKUR KEPADA ALLAH SWT.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Segala Puja dan Puji hanya bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, Pemilik Alam Semesta.
Shalawat dan salam semoga tercurah selalu untuk junjungan kita, pemimpin kita, penghulu segala Nabi, Nabi Akhir Zaman yang tidak ada lagi Nabi setelahnya, beliau adalah Nabi Muhammad saw, salam sejahtera juga kita sampaikan untuk keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia serta penerus dakwahnya hingga hari zaman nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Hari ini saudara-saudara kita yang diberikan kemampuan, kesempatan dan badan sehat oleh Allah SWT, sedang berada di tanah suci, untuk melaksanakan ritual ibadah haji. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar tiga sampai empat juta orang dari berbagai suku, bangsa dan beraneka bahasa dan warna kulit berkumpul, termasuk 300 orang jamaah haji dari Gaza. Mereka berkumpul menjadi satu di tempat yang sama dalam mengharap ridha dan ampunan dari Yang Maha Pengampun yaitu Allah SWT.
Bagi kita yang tahun ini tidak berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, di sunahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, mendengarkan khutbah dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban.
Bahkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha, sehari sebelumnya, ketika saudara-saudara kita sedang berkumpul di Arafah melakukan wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir, berdoa, bertaubat dan ibadah lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Maka sebagai ikatan iman dan ikatan ibadah antara kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji dengan mereka yang sedang wukuf di Arafah, Rasulullah saw memberikan motifasi kepada umatnya untuk berpuasa Arafah.
“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” (HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi)
Beruntunglah mereka yang melaksanakan puasa Arafah semoga Allah menerimanya. Amin Ya Rabbal ‘alamin
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (1), Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (2), Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (3).” (QS. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Surat Al-Kautsar di atas termasuk surat yang memiliki jumlah ayat yang sedikit, sama seperti surat Al-‘Ashr (QS. 103) dan surat An-Nashr (QS. 110) yaitu berjumlah tiga ayat.
Di dalam surat Al-Kautsar, tepatnya di ayat pertama, Allah telah menegaskan, bahwa Dia telah memberikan nikmat yang banyak! Kenapa Allah menegaskan? Mungkin ada di antara manusia yang tidak tahu diri, karena kesibukannya dalam bekerja, berdagang, bertani, mengajar, menulis, berolah raga, menyanyi, atau karena kesombongannya, sehingga lupa akan nikmat yang telah Allah berikan. Sehingga tidak mengherankan Allah mengingatkan yang artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”.
Pernahkah kita menanyakan harga Oksigen (O2) di apotik? Jika belum tahu, ketahuilah harganya sekitar Rp 25.000 per liter. Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik? Jika belum tahu, harganya sekitar Rp. 9.950 per liter.
Tahukah kita? Bahwa dalam sehari manusia menghirup Oksigen (O2) sebanyak 2.880 liter dan Nitrogen 11.376 liter. Jika harus dihargai dengan rupiah, maka Oksigen (O2) dan Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp 170 jutaan per hari untuk satu orang. Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp 170 juta, maka sebulan Rp 5,1 milyar untuk satu orang.
Pernahkah malaikat menagih oksigen dan nitrogen yang kita hirup datang ke rumah setiap bulan? Ketahuilah Presiden, Raja bahkan orang terkaya di dunia apalagi rakyat biasa yang hidupnya sudah susah tidak akan sanggup melunasi biaya nafas hidupnya jika Allah Yang Maha Kuasa mau pakai rumus dagang sama manusia!
Allah mengingatkan manusia hingga berulang sampai 31 kali dengan kalimat yang sama, dengan jumlah huruf yang sama agar manusia mudah mengingatnya dan pandai bersyukur.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55] )
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14] : 34)
Ketahuilah, di antara nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di samping nikmat menghirup udara, nikmat sehat, ada lagi nikmat yang lebih mahal nilainya, yaitu nikmat iman dan islam, nikmat yang tidak Allah berikan kesembarang orang.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, karena kita telah diberikan nikmat tersebut, dengan nikmat itulah kita dapat berhadir ditempat ini, rukuk, sujud, mengabdi dan membesarkan Allah.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Sekarang, bagaimana cara bersyukur kepada Allah? Caranya adalah memanfaatkan segala nikmat yang telah Allah berikan untuk mendekat diri kepada-Nya, dengan melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diperintah-Nya.
Di dalam surat Al-Kautsar ayat kedua ditegaskan: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Ada dua cara untuk bersyukur kepada Allah berdasarkan ayat yang tertera di atas:
Pertama, Mendirikan Shalat karena Allah
Shalat adalah ibadah yang sudah ada contohnya dari Rasulullah saw, ketika seorang melaksanakan shalat, sesungguhnya dia telah merealisasikan syukur kepada Allah, di dalam shalat seorang hamba dalam keadaan suci, menghadap kiblat, telah membesarkan Allah, memuji Allah, berterima kasih kepada Allah, rukuk, sujud dan berdoa kepada Allah.
Manusia yang shalat sesungguhnya telah mengingat Allah, dan mengingat Allah merupakan langkah awal untuk bersyukur kepada-Nya.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (QS. Thaahaa [20] : 14)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu’anha, ia mengatakan, "Adalah Rasulullah saw apabila mengerjakan shalat maka beliau berdiri sampai pecah kedua kakinya. Aisyah Radhiyallahu’anha berkata, 'Wahai Rasulullah saw, mengapa engkau melakukan seperti ini, padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?' Nabi saw menjawab, 'Wahai Aisyah, apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?'." (HR. Muttafaq ‘alaih)
Dari hadits di atas, kita banyak mendapat pelajaran, satu di antaranya adalah bahwa shalat adalah ritual ibadah yang merupakan tanda seorang yang bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Lantas bagaimana dengan orang yang lalai dalam sholatnya bahkan tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali?
Kedua, Berqurban
Ibadah Qurban adalah ritual yang sudah berlangsung lama, ritual yang ada sejak ribuan tahun lalu. Sebelum kita dilahirkan, sebelum orang tua kita dilahirkan, bahkan sebelum kakek dan nenek kita dilahirkan, sudah ada orang yang berqurban.
Di dalam Al Quran, Allah menceritakan dua putra nabi Adam as yang melaksanakan qurban. Di antara keduanya, ada yang qurbannya di terima Allah dan satunya lagi ditolak.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧﴾
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), 'Aku pasti membunuhmu!' Berkata Habil, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa'." (QS. Al-Maidah [5] : 27)
Allah juga menceritakan pelaksanaan qurban yang dilakukan nabi Ibrahim as.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠٠﴾ فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ ﴿١٠١﴾ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١٠٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١٠٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١٠٥﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ ﴿١٠٦﴾
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١٠٧﴾ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿١٠٨﴾
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. (100). Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.(101). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata. 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'. (102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103). dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, (104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106). dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)'." (QS. Ash-Shaaffat [37] : 100-108)
Dari ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim as yang sudah tua dan sudah lama berumah tangga, sangat menginginkan seorang anak yang shaleh, beliau kemudian berdoa kepada Allah, dan Allah kabulkan.
Dan sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah memberikan seorang anak, maka nabi Ibrahim as ingin menyembelih anaknya, pada saat akan menyembelih, maka terjadilah dialog bapak dan anak dan peristiwa tersebut Allah abadikan di dalam firman-Nya untuk pelajaran bagi generasi sesudahnya.
Nabi Ibrahim as, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak. Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan sepenuh hati.
Begitu pula anaknya, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani menyampaikan pendapat, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Agung, Allah SWT.
Ketika nabi Ibrahim as dan anaknya telah berserah diri dan sabar atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari tasyrik.
Nabi Muhammad saw juga melakukan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud syukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan dalam pelaksanaan haji Wada’, Rasulullah saw dengan tangannya yang mulia menyembelih sebanyak 63 ekor binatang sembelihan, beliau kemudian menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan.
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari Raya Idul Adha selain menyembelih qurban...” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Anas Radhiyallahu’anhu bekata, Rasulullah saw bersabda, “Pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebajikan.” (HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)
Beruntunglah mereka yang berqurban, apalagi qurbannya diserahkan kepada mereka yang sangat membutuhkan, seperti mereka yang fakir, miskin, terjajah, berada di kamp pengungsian dan sedang berjuang melawan penjajah di negeri para nabi.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Pada ayat terakhir, yaitu ayat ketiga dari surat Al-Kautsar, Allah menjelaskan:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar [108] : 3)
Sebanyak orang yang senang kepada Rasulullah saw, sebanyak itu pula orang yang benci. Dan orang benci, biasanya sinis, melakukan tipu daya, dan berupaya berbuat jahat kepada orang yang dia benci. Bahkan kalau mereka punya dana, kekuatan dan pendukung, akan mereka gunakan untuk merealisasikan kebenciannya.
Rasulullah saw yang berakhlak mulia, mengajak kepada kebaikan dan kebenaran, orang yang jujur, masih ada saja yang membencinya, menfitnah yang tujuannya agar masyarakat menjahui beliau saw dan ajaran yang dibawanya. Akan tetapi ketahuilah! Tipu daya orang-orang yang membenci Rasulullah saw dan ajarannya akan kembali kepada dirinya.
Dahulu di zaman nabi saw ada orang yang bernama al Ash bin Wail, Uqbah bin Abu Mu’ith, Abu Lahab (paman Rasulullah saw) dan Abu Jahal, mereka semua sangat membenci Rasulullah saw, dan mereka terputus dari rahmat Allah, sehingga mereka hidup dalam kehinaan dan matinya juga dalam kehinaan.
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah SWT:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a”.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir”.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami”.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i).”
...رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan [25] : 74)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء ﴿٤٠﴾ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ﴿٤١﴾
"Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim [14] : 40-41)
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
“Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian.”
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
"Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di Dunia, kehidupan yang baik di Akhirat dan hindarkanlah kami dari azab Neraka."
* Disampaikan pada khutbah Idul Adha 1432 H di Masjid Jami “An Nur” Jorong-Kuningan, Kecamatan Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel; Ahad, 6 Nopember 2011 M/10 Dzulhijjah 1432 H
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Segala Puja dan Puji hanya bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, Pemilik Alam Semesta.
Shalawat dan salam semoga tercurah selalu untuk junjungan kita, pemimpin kita, penghulu segala Nabi, Nabi Akhir Zaman yang tidak ada lagi Nabi setelahnya, beliau adalah Nabi Muhammad saw, salam sejahtera juga kita sampaikan untuk keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia serta penerus dakwahnya hingga hari zaman nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Hari ini saudara-saudara kita yang diberikan kemampuan, kesempatan dan badan sehat oleh Allah SWT, sedang berada di tanah suci, untuk melaksanakan ritual ibadah haji. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar tiga sampai empat juta orang dari berbagai suku, bangsa dan beraneka bahasa dan warna kulit berkumpul, termasuk 300 orang jamaah haji dari Gaza. Mereka berkumpul menjadi satu di tempat yang sama dalam mengharap ridha dan ampunan dari Yang Maha Pengampun yaitu Allah SWT.
Bagi kita yang tahun ini tidak berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, di sunahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, mendengarkan khutbah dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban.
Bahkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha, sehari sebelumnya, ketika saudara-saudara kita sedang berkumpul di Arafah melakukan wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir, berdoa, bertaubat dan ibadah lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Maka sebagai ikatan iman dan ikatan ibadah antara kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji dengan mereka yang sedang wukuf di Arafah, Rasulullah saw memberikan motifasi kepada umatnya untuk berpuasa Arafah.
“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” (HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi)
Beruntunglah mereka yang melaksanakan puasa Arafah semoga Allah menerimanya. Amin Ya Rabbal ‘alamin
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (1), Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (2), Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (3).” (QS. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Surat Al-Kautsar di atas termasuk surat yang memiliki jumlah ayat yang sedikit, sama seperti surat Al-‘Ashr (QS. 103) dan surat An-Nashr (QS. 110) yaitu berjumlah tiga ayat.
Di dalam surat Al-Kautsar, tepatnya di ayat pertama, Allah telah menegaskan, bahwa Dia telah memberikan nikmat yang banyak! Kenapa Allah menegaskan? Mungkin ada di antara manusia yang tidak tahu diri, karena kesibukannya dalam bekerja, berdagang, bertani, mengajar, menulis, berolah raga, menyanyi, atau karena kesombongannya, sehingga lupa akan nikmat yang telah Allah berikan. Sehingga tidak mengherankan Allah mengingatkan yang artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”.
Pernahkah kita menanyakan harga Oksigen (O2) di apotik? Jika belum tahu, ketahuilah harganya sekitar Rp 25.000 per liter. Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik? Jika belum tahu, harganya sekitar Rp. 9.950 per liter.
Tahukah kita? Bahwa dalam sehari manusia menghirup Oksigen (O2) sebanyak 2.880 liter dan Nitrogen 11.376 liter. Jika harus dihargai dengan rupiah, maka Oksigen (O2) dan Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp 170 jutaan per hari untuk satu orang. Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp 170 juta, maka sebulan Rp 5,1 milyar untuk satu orang.
Pernahkah malaikat menagih oksigen dan nitrogen yang kita hirup datang ke rumah setiap bulan? Ketahuilah Presiden, Raja bahkan orang terkaya di dunia apalagi rakyat biasa yang hidupnya sudah susah tidak akan sanggup melunasi biaya nafas hidupnya jika Allah Yang Maha Kuasa mau pakai rumus dagang sama manusia!
Allah mengingatkan manusia hingga berulang sampai 31 kali dengan kalimat yang sama, dengan jumlah huruf yang sama agar manusia mudah mengingatnya dan pandai bersyukur.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55] )
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14] : 34)
Ketahuilah, di antara nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di samping nikmat menghirup udara, nikmat sehat, ada lagi nikmat yang lebih mahal nilainya, yaitu nikmat iman dan islam, nikmat yang tidak Allah berikan kesembarang orang.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, karena kita telah diberikan nikmat tersebut, dengan nikmat itulah kita dapat berhadir ditempat ini, rukuk, sujud, mengabdi dan membesarkan Allah.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Sekarang, bagaimana cara bersyukur kepada Allah? Caranya adalah memanfaatkan segala nikmat yang telah Allah berikan untuk mendekat diri kepada-Nya, dengan melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diperintah-Nya.
Di dalam surat Al-Kautsar ayat kedua ditegaskan: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Ada dua cara untuk bersyukur kepada Allah berdasarkan ayat yang tertera di atas:
Pertama, Mendirikan Shalat karena Allah
Shalat adalah ibadah yang sudah ada contohnya dari Rasulullah saw, ketika seorang melaksanakan shalat, sesungguhnya dia telah merealisasikan syukur kepada Allah, di dalam shalat seorang hamba dalam keadaan suci, menghadap kiblat, telah membesarkan Allah, memuji Allah, berterima kasih kepada Allah, rukuk, sujud dan berdoa kepada Allah.
Manusia yang shalat sesungguhnya telah mengingat Allah, dan mengingat Allah merupakan langkah awal untuk bersyukur kepada-Nya.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (QS. Thaahaa [20] : 14)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu’anha, ia mengatakan, "Adalah Rasulullah saw apabila mengerjakan shalat maka beliau berdiri sampai pecah kedua kakinya. Aisyah Radhiyallahu’anha berkata, 'Wahai Rasulullah saw, mengapa engkau melakukan seperti ini, padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?' Nabi saw menjawab, 'Wahai Aisyah, apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?'." (HR. Muttafaq ‘alaih)
Dari hadits di atas, kita banyak mendapat pelajaran, satu di antaranya adalah bahwa shalat adalah ritual ibadah yang merupakan tanda seorang yang bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Lantas bagaimana dengan orang yang lalai dalam sholatnya bahkan tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali?
Kedua, Berqurban
Ibadah Qurban adalah ritual yang sudah berlangsung lama, ritual yang ada sejak ribuan tahun lalu. Sebelum kita dilahirkan, sebelum orang tua kita dilahirkan, bahkan sebelum kakek dan nenek kita dilahirkan, sudah ada orang yang berqurban.
Di dalam Al Quran, Allah menceritakan dua putra nabi Adam as yang melaksanakan qurban. Di antara keduanya, ada yang qurbannya di terima Allah dan satunya lagi ditolak.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧﴾
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), 'Aku pasti membunuhmu!' Berkata Habil, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa'." (QS. Al-Maidah [5] : 27)
Allah juga menceritakan pelaksanaan qurban yang dilakukan nabi Ibrahim as.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠٠﴾ فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ ﴿١٠١﴾ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١٠٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١٠٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١٠٥﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ ﴿١٠٦﴾
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١٠٧﴾ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿١٠٨﴾
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. (100). Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.(101). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata. 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'. (102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103). dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, (104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106). dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)'." (QS. Ash-Shaaffat [37] : 100-108)
Dari ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim as yang sudah tua dan sudah lama berumah tangga, sangat menginginkan seorang anak yang shaleh, beliau kemudian berdoa kepada Allah, dan Allah kabulkan.
Dan sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah memberikan seorang anak, maka nabi Ibrahim as ingin menyembelih anaknya, pada saat akan menyembelih, maka terjadilah dialog bapak dan anak dan peristiwa tersebut Allah abadikan di dalam firman-Nya untuk pelajaran bagi generasi sesudahnya.
Nabi Ibrahim as, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak. Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan sepenuh hati.
Begitu pula anaknya, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani menyampaikan pendapat, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Agung, Allah SWT.
Ketika nabi Ibrahim as dan anaknya telah berserah diri dan sabar atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari tasyrik.
Nabi Muhammad saw juga melakukan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud syukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan dalam pelaksanaan haji Wada’, Rasulullah saw dengan tangannya yang mulia menyembelih sebanyak 63 ekor binatang sembelihan, beliau kemudian menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan.
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari Raya Idul Adha selain menyembelih qurban...” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Anas Radhiyallahu’anhu bekata, Rasulullah saw bersabda, “Pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebajikan.” (HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)
Beruntunglah mereka yang berqurban, apalagi qurbannya diserahkan kepada mereka yang sangat membutuhkan, seperti mereka yang fakir, miskin, terjajah, berada di kamp pengungsian dan sedang berjuang melawan penjajah di negeri para nabi.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Pada ayat terakhir, yaitu ayat ketiga dari surat Al-Kautsar, Allah menjelaskan:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar [108] : 3)
Sebanyak orang yang senang kepada Rasulullah saw, sebanyak itu pula orang yang benci. Dan orang benci, biasanya sinis, melakukan tipu daya, dan berupaya berbuat jahat kepada orang yang dia benci. Bahkan kalau mereka punya dana, kekuatan dan pendukung, akan mereka gunakan untuk merealisasikan kebenciannya.
Rasulullah saw yang berakhlak mulia, mengajak kepada kebaikan dan kebenaran, orang yang jujur, masih ada saja yang membencinya, menfitnah yang tujuannya agar masyarakat menjahui beliau saw dan ajaran yang dibawanya. Akan tetapi ketahuilah! Tipu daya orang-orang yang membenci Rasulullah saw dan ajarannya akan kembali kepada dirinya.
Dahulu di zaman nabi saw ada orang yang bernama al Ash bin Wail, Uqbah bin Abu Mu’ith, Abu Lahab (paman Rasulullah saw) dan Abu Jahal, mereka semua sangat membenci Rasulullah saw, dan mereka terputus dari rahmat Allah, sehingga mereka hidup dalam kehinaan dan matinya juga dalam kehinaan.
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah SWT:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a”.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir”.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami”.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i).”
...رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan [25] : 74)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء ﴿٤٠﴾ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ﴿٤١﴾
"Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim [14] : 40-41)
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
“Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian.”
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
"Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di Dunia, kehidupan yang baik di Akhirat dan hindarkanlah kami dari azab Neraka."
* Disampaikan pada khutbah Idul Adha 1432 H di Masjid Jami “An Nur” Jorong-Kuningan, Kecamatan Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel; Ahad, 6 Nopember 2011 M/10 Dzulhijjah 1432 H
0 komentar:
Posting Komentar