Pages

Selasa, Oktober 18

Tugas Filsafat Ilmu

yuhuuuuuuu udah lama gk nulis. pengen nulis tapi bingung mau nulis apa. share hasil tugas filsafat gue aja yak? kan lumayan kali aja bisa nambah pengetahuan hehe langsung aja yak? #capcus

Stephen Hawking, seorang kosmolog dan ahli fisika, ini menepis anggapan adanya surga. Ia mengatakan bahwa kepercayaan mengenai surga atau kehidupan setelah mati adalah cerita bohong bagi orang-orang yang takut mati. Fisikawan ini mengibaratkan otak manusia sebagai sebuah komputer yang akan berhenti jika komponennya rusak, dan ia mendapatakan bahwa tidak ada surga atau kehidupan setelah mati bagi komputer tersebut.
Kasus di atas merupakan salah satu dari sekian banyak kasus dimana pandangan agama dan ilmiah saling bertabrakan. Dan sayangnya, tidak ada jalan untuk membuktikannya. Namun, di sini saya ingin memberikan pandangan atau ulasan mengenai kasus tersebut.
Sebelum saya memberikan ulasan mengenai kasus tersebut, tak ada salahnya jika kita mengetahui arti kebenaran terlebih dahulu. Apa itu kebenaran? Pengertian kebenaran dapat dilihat dari kategori kebenaran itu yang dibagi menjadi kebenaran menurut ilmu, kebenaran menurut agama, dan kebenaran menurut filsafat. Kebenaran menurut ilmu, kebenaran merupakan hasil dari pembuktian hipotesis dengan menggunakan metode ilmiah yang logis, dan hasilnya masih bersifat relatif (perlu dipertanyakan kembali kebenarannya). Sedangakan kebenaran menurut agama, kebenaran dapat dibuktikan secara ilmiah dan imaniah. Jadi, suatu hal dapat dikatakan benar jika iman atau hati seseorang meyakininya. Berbeda dengan kebenaran secara ilmiah, kebenaran secara agama bersifat mutlak. Dan yang terakhir adalah kebenaran menurut filsafat, yaitu kebenaran yang ditemukan dalam proses berpikir, namun kebenarannya masih bersifat relatif. Nah, setelah memahami pengertian kebenaran di atas, mari kita kembali ke topik utama mengenai pendapat Hawking bahwa surga itu tidak ada.
Hawking telah menguji hipotesisnya secara ilmiah dan logis dengan mengibaratkan bahwa otak sebagai komputer. Tentu saja ini benar jika kita menyamakan manusia dengan komputer. Ibaratkan otak manusia adalah prosesor komputer, sebuah komputer yang canggih pun tidak akan berfungsi jika komponen yang satu ini telah rusak. Bahkan, Anda menunggu hingga bertahun-tahun pun, komputer itu tidak akan hidup kembali. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia pun tidak akan kembali hidup jika otaknya sudah tidak berfungsi. Kesimpulan yang diambil dari proses berpikir dan didapatkan dari pengujian hipotesis secara ilmiah ini dapat membuat pendapat tersebut dikategorikan sebagai kebenaran menurut ilmu dan filsafat. Hanya saja, kebenaran menurut ilmu dan filsafat masih bersifat relatif. Begitu juga dengan pendapat Hawking, kita masih perlu untuk memertanyakan mengenai nilai kebenarannya lebih lanjut.
Sayangnya, pendapat di atas belum bisa dikatakan sebagai kebenaran jika kita mengulasnya menurut agama. Mengapa? Walaupun pendapat tersebut didapatkan melalui proses ilmiah, tapi tidak semua orang meyakininya secara imaniah. Terlebih karena pendapat mengenai keberadaan surga sudah tertanam sejak kecil, sehingga pendapat yang baru ini sangat sulit untuk diterima secara imaniah. Bagi orang-orang yang memercayai bahwa surga itu ada, pasti akan menampik pendapat Hawking tersebut secara tegas dan menganggap bahwa pendapat itu bukanlah suatu kebenaran. Namun, bagi orang-orang yang memercayai akan hal tersebut, akan mengatakan bahwa pendapat Hawking adalah suatu kebenaran. Hal inilah yang dimaksud dengan “bersifat mutlak” dalam kebenaran menurut agama.

0 komentar: