Apa dan mengapa filsafat....???
Sebagai ilmu yang reflektif, dan sistematis ini, dibutuhkan rasio, penalaran, bukan hanya sekedar angan-angan omong kosong yang terkesan hal ideal hanya sebuah mimpi. Namun hal yang patut dan harus dijadikan sebagai sebuah hal nyata. Dilihat dari segi bahasa, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophiadan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Yang artinya Cinta akan kebijaksanaan. Maksudnya, ketika seseorang berfilsafat, terutama dalam mempelajari ilmu yang ia pelajari, ia bisa benar-benar bijak dalam mengaplikasikan ilmunya tersebut
Filsafat adalah kata yang sering dihubungkan dengan teori, gagasan foundamental, dan berbagai hal yang terawang-awang lainya, sempat menjadi momok yang menakutkan di kalanangan akademisi. Pada kala itu, banyak sekali perdebatan mengenai filsafat sebagai ilmu, dan sebagai hal yang menjerumuskan dalam arti mempersulit proses pendidikan. Perdebatan tersebut juga hingga masuk ke greja, dan sempat ada statment yang menyatakan bahwa filsafat bertentangan dengan Theologia (ajaran ke-Tuhanan). Pandangan lain mengenai filsafat adalah hal yang berfifat teoritis, dan abstrak. Hal ini dianggap bertentangan dengan keadaan dunia ini yang memerlukan sesuatu yang konkret.
Padahal kenyataanya adalah filsafat merupakan ilmu murni yang layak dipelajari dan didalami untuk mengetahui makna yang terkandung sesungguhnya dalam sebuah ilmu yang dipelajari di kalangan akademisi. Sebagai induk segala ilmu, filsafat menempatkan dirinya sebagai inti dari ilmu itu, dan menengahi setiap hal yang dianggap chaos. Penerang ketika seseorang itu membutuhkan pencerahan, dalam arti seseorang ketika kembali kepada filsafat maka seseorang tersebut mampau memecahkan permasalahan yang sedang ia hadapi.
Berfilsafat dapet diartikan sebagai proses berfikir kritis (terbuka). Artinya seseorang yang berfilsafat dia sedang memikirkan sesuatu, dan mencari makna dari pertanyaan atau jawaban yang muncul dari pertanyaat tersebut. Secara sistematis seseorang yang berfilsafat akan mengurutkan kejadian-kejadian dan penemuan-penemuan atas segala pertanyaannya. Mencari pemaknaan atas sesuatu bukan hanya mengerti akan sesuatu, namun juga mengerti mengepa sesuatu itu terjadi, dan mengaplikasikanya dalam kehidupan. Inilah mengapa filsafat layak untuk dipelajari.
Dalam funsinya, filsafat meiliki fungsi atau berperan untuk membentuk jati diri seseorang. Proses berfikir sistematis sebenarnya sudah dimulai ketika seseorang masih kecil. Dimulai dari hal-hal yang sederhana, pertanyaan-pertanyaan yang sederhana dan terkadang terkesan konyol, namun itulah proses pembentukan karakter, watak, dan kepribadian seseorang dalam penemuan jati dirinya.
.
Penerapan Filsafat Pendidikan di Indonesia
Jika saya di ajak untuk berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, saya prihatin melihat program pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat dasar, hingga perguruan tinggi. Dari segi kurikulim yang selalu berubah dengan alasan globalisasi yang pada kenyataanya tetap sama saja, dan membut para siswa atau mahasiswa menjadi kelinci percobaan penerapan suatu sistem baru. Target dan penerapan ilmu aplkasi kehidupan yang kurang nyata. Rendahnya penanaman moral di pendidikan formal, dan yang lebih parah, hilangnya filsafat pancasila di pendidikan di Indonesia.
Namun begitu, harus kita akui, masih ada beberapa akademisi yang benar-benar memiliki totalitas dalam pendidikan di Indonesia. Loyalitasnya dalam memberikan moral dan filsafat pancasila pada para siswanya benar-benar tulus. Pengabdian pendidikan seperti itu yang seharusnya ada di negeri ini.
Pada dasarnya, pendidikan mengharapkan peserta didiknya bisa menjadi lebih baik / lebih bijaksana. Apa yang ia dapat di bangku pendidikan dan semua yang ia dapat dari ilmu yang ia pelajari, diharapkan mampu untuk memajukan negara ini. Dan tidak banyak orang akademidi, maupun praktisi pendidikan yang memiliki visi dan misi tersebut dalam proses pendidikannya. Banyak yang di antara mereka hanya menunaikan kewajiban, menyelesaikan studi, mendapatkan gelar, dan terkadang muatan utama pendidikan tersebut dilupakan.
Bagi saya, inilah hal yang perlu kita kritisi bersama. Apakah selama ini kita sudah menerapkan filsafat pendidikan dimana harapan suatu proses pendidikan bukan hanya mendpatkan apa yang kita cari (cabang ilmu yang kita pilih), atau sudahkah kita menerapkan ilmu yang kita dapat dengan bijaksana untuk kemajuan bangsa ini..? Pertanyaan sederhana ini hendaknya benar-benar kita renungkan. Bagaimana kita menerapkan ilmu yang kita dapat dalam kehidupan kita sehari-hari? Lalu apakah kita sudah benar-benar menggunakannya untuk kemajuan bangsa ini? Meskipun mungkin saat ini kita sedang dalam proses, namun bagian dari pada proses adalah realisasi dan aplikasi dalam kehidupan benar-benar nyata dan dekat berada di sekeliling kita. Sayangnya banyak dari kita yang masih berfikir pendidikan adalah hanya formalitas belaka, yang pada akhirnya mengurung diri kita untuk berani bereksplorasi lebih dalam. Namun saya juga menyadari bahwa sebuah harapan mahal harganya meskipun bukan berati tidak ada.
Jika saja ada kita mampu membentuk kelompok-kelompok kecil yang memiliki tujuan yang sama untuk pendidikan di Indonesia. Memiliki idealisme yang kuat untuk kemajuan bangsa ini dan bergerak bersama untuk pendidikan Indonesia. Dengan kelompok tersebut berusaha memperjuangkan kembalinya filsafat pancasila dalam pendidikan di Indonesia. Bisa melalui diskusi kecil dengan refleksi yang saya utaranakan di atas tadi, lalu melalui diskusi tersebut membuat sebuah terobosan baru, misal sekolah bagi anak-anak dengan kompternsi yang disesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Melalui kelompok-kelompok inilah, saya yakin bahwa harapan yang mahal itu, bukan lagi hanya sebuah mustahil.
0 komentar:
Posting Komentar