Pages

Jumat, Oktober 21

ISLAM

ISLAM
Oleh : Yogi Lukmana Wardani *
            Dalam berbagai kesempatan. Islam selalu dijustifikasikan dengan kekerasan. Munculnya kekerasan yang bernafas agama mulai mencuak kepermukaan. Dalam persoalan Politik pun tetap saja masih menjual dagangannya dengan label agama tertentu. Islam sendiri adalah agama yang mencintai kedamaian dan menghormati sesama manusia. Islam sungguh mencintai Perdamaian. Islam adalah agama Rahmatan lil’alamin. Atas pandangan itu saya mencoba membuka sebuah tabir tentang Islam madani terutama di Indonesia.
            Sesungguhnya filosofi munculnya gagasan  islam madani adalah dimulai dari konsep pluralisme. Pertama adalah menurut pemikiran pribadi bahwa pemikiran islam sesungguhnya sudah mulai berkembang dari islam fiqhy(Islam Legalistik) kepada islam syasyi(Islam Politis). Hingga terbentuklah apa yang dinamakan islam madani(Islam Civil).
            Definisi Islam adalah sekumpulan syariat dan hukum-hukum islam yang dibawa oleh para nabi yang wajib ditegakkan dalam kehidupan. Karena Islam adalah sekumpulan Hukum-hukum, dan hukum-hukum itu dirumuskan oleh para madzhab dengan caranya yang berbeda-beda, maka sebenarnya kita mempunyai banyak hukum islam. Ada hukum islam madzhab Syafi’I, Hanafi, Hambali dan seterusnya. Atas hal itulah saya menyebut Islam Fiqhy itu justru terkadang membuat umat islam terkotak-kotak karena madzhabnya yang berbeda.
            Karena Islam Fiqhy selalu sektarian, selalu membenarkan pihaknya sendiri dan terkadang menyalahkan madzhab yang lain. Lalu islam menjadi rahmatan lilmuhammadiyin bagi orang muhammadiyah dan rahmatan linnahdiyyin bagi kaum NU. Sehingga Islam hanya menjadi rahmat bagi kelompok tertentu.
            Pada islam fiqhy melihat zaman Nabi SAW dan sahabatnya dijadikan rujukan sehingga disebut salafusshahih. Kita selalu merujuk pada masa lalu Islam, pada masa keemasan tepatnya zaman sahabat. Setelah itu, kaum muslimin mengembangkan pemikiran baru terutama untuk menegakkan Islam dalam ranah politik, yang jadi rujukan biasanya tidak lagi sahabat, walaupun mereka akan kebingungan system politik Abu Bakar itu sangat berbeda dengan system politik umar bin khoattab. Berbeda juga dengan sistem politik Utsman. Kalau merujuk pada sahabat maka kita kebingungan kepada sahabat siapa yang patut kita ikuti. Maka gerakan Khilafah (Hizbuttahrir : partai pembebasan) merujuknya kepada khilafah utsmaniyah yang disebut dengan Islam syasiy. Islam syasiy berkembang lebih maju yaitu dia sudah mengubah pandangan hidupnya menjadi islam rahmatan lilmuslimin, menjadi rahmat bagi ummat Islam saja. Selain orang Islam dianggaplah kafir dan bahwa dunia ini sebuah pertempuran pemikiran (ghazwulfikr) kata mereka. Bagi mereka Islam itu adalah kumpulan hukum (fiqh). Bagi Islam syasiy adalah Islam Ideologi, untuk menghakimi dunia dengan hokum Al-Qur’an dan diekspresikan dengan gerakan-gerakan politik.
            Didunia ini sistem dibagi dua : sistem islam dan sistem jahiliyah. Tujuan perjuangan menumbangkan system jahiliyah disebut Islam syasiy. Kemudian masuklah kita kedalam Islam madani. Dimana Islam merupakan kumpulan tuntunan moral untuk berprilaku yang baik ditengah masyarakat dan menjadi rujukan adalah akhlak Nabi SAW. Islam madani menginginkan Islam menjadi rahmatan lil’alamin. Karena itu kalau islam yang fiqh itu sektarian, Islam Syasiy sektarian, dan Islam madani itu pluralistik. Dengan Islam madani, kita mengukur orang apapun agamanya berdasarkan akhlaknya, amal sholehnya dan berdasarkan kontribusinya kepada kemanusiaan. Inilah Islam yang cocok dengan masyarakat Indonesia pada saat ini dengan harapan tidak lagi ada kekerasan antar pengikut agama. Kalau setiap orang menghargai umat yang lain sebagai teman didalam membebaskan umat manusia dari penderitaan, maka tidak akan terjadi kekerasan antar dan inter umat beragama. Dalam Islam madani juga berbagai agama bisa hidup ditengah-tengah masa yang yang pluralistik. Kita harus mengubah cara berfikir kita, bahwa semua agama pada akhirnya kembali kepada tuhan, kita harus menghargai sesama umat manusia tidak berdasarkan agamanya. Wallahu a’lam
Malang. 20 Juni 2011


*)Penulis adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Prodi  Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

0 komentar: