STUDI KASUS
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd
(Guru BK MIS Kemenag Kab. Gresik Jawa Timur)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan terintimidasi oleh perkembangan dunia akan tetapi belum tentu dimbangi dengan perkembangan karakter dan mental yang mantap.
Seorang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dan dalam perkembangan siswa.
Setiap siswa sebenarnya mempunyai masalah dan sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor – pihak yang berkompeten – perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam.
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi siswa dan semakin majunya pengembangan teknik-teknik pendukung – seperti hanya teknik pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis, interpretasi, dan treatment – metode studi kasus terus diperbarui.
Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Kasus
Studi kasus yang di kenal tertua adalah suatu catatan tentang penempatan anak, yang diperkirakan di buat kira-kira pada tahun 4000 SM. Salah satu perkembangan yang paling penting dari metode studi kasus adalah dalam lapangan hukum. Studi kasus dimulai di hardvard school kirs-kirs tahun 1970 sebagai suatu alat untuk melatih siswa-siswa untuk memikirkan tentang prinsip-prinsip yang fundamentil.[1]
Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua) pengertian tentang Studi kasus (Case Study) pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartini dan Gulo, 2000).
Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu ;
Menurut WS. Winkel (1995) dalam artikel yang ditulis oleh Obed Agung Nugroho Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Obed Agung Nugroho juga menyebutkan bahwa menurut Dewa Ketut Sukardi (1983). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.[2]
Menurut Djumhur Studi kasus diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.[3]
Sedangkan menurut Kasie dan Hermien studi kasus dalam pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan untuk memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.[4]
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa studi kasus adalah metode atau teknik yang digunakan untuk mempelajari seorang individu secara mendalam guna guna membantunya dalam perkembangan yang lebih baik. Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa yang bersifat integratif dan komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Integratif artinya menggunakan berbagai pendekatan, dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.
Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya..
Studi kasus memiliki ciri-ciri antara lain: mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus menerus (kontinu) secara ilmiah dan diperoleh dari berbagai pihak.[5]
B. Tujuan Studi Kasus
Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
C. Sasaran Studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.[6]
D. Data-data dalam Studi kasus
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini ialah antara lain:
a) Identifikasi diri, sepert nama, kelamin, tanggal lahir, alamat nomor pokok dan sebagainya.
b) Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga, status sosial keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi di rumah, bantuan orang tua dan sebagainya.
c) Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang di derita dan sebagainya.
d) .Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan dan sebagainya.
e) Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat,sikap dan sebagainya.
f) Tingkah laku sosial, meliputi latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikapnya terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya dan sebagainya.
Sebuah contoh data studi kasus.
Nama kasus : A
Umur/ kelamin : 14 tahun/ laki-laki
Kelas : VI
1. Masalah : Guru kelasnya melaporkan bahwa Mardi sebagai anak yang kurang dikelasnya. Tidak pernah mau mencatat pelajaran, tidak mau membawa pensil, buku, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Sering tidak masuk kelas. Selalu murung, tidak mau bermain dengan kawan-kawannya. Mudah tersinggung. Angka raportnya menurun dibandingkan angka-angka yang di capai sebelumnya. Jika di suruh menyanyi di depan kelas ia selalu menolaknya.
2. Kemajuan akademis : Dengan mempelajari raportnya sejak kelas 1, Mardi tergolong hanya anak-anak yang rata-rata saja. Menurut guru kelas 1 dan kelas 2, ia lambat bisa membaca dan berhitung. Nilai yang selalu baik, yaitu 7 dan 8, diperolehnya dari menggambar. Pernah tidak naik kelas dari kelas 2 ke kelas 3. gejala menurun milai nampak ketika di kelas 5, bahkan hampir-hampir tidak naik kelas 6.
3. Fisik dan kesehatan : Mmenurut hasil pemeriksaan kesehatan, ternyata Mardi tergolong baik pertumbuhan fisiknya. Mata dan pendengarannya normal. Ia memiliki tinggi 2 cm lebih dari kawan-kawan sekelasnya (jadi ia anak yang tertinggi). Juga berat badannya. Pernah sakit thypus ketika di kelas empat selama tiga minggu. Tidak menunjukkan adanya kelainan dalam jasmaninya.
4. Keadaan keluarga : Mardi anak ketiga dari enam orang anak putra pak Kardi. Kakaknya yang tertua (perempuan) telah menikah ketika telah tamat dari kelas VI. Tiga orang adiknya perempuan semua. Pekerjaan pak Kardi ialah supir truk yang biasa mengangkat sayur-mayur ke jakarta. Ibunya juga sebagai pedagang kecil. Situasi ekonomi keluarga pak Kardi boleh di kata kurang. Penghasilan pak Kardi hanya cukup untuk makan saja. Untuk itu anak-anaknya di suruh membantu ibunya bekaerja mencari nafkah. Pulang sekolah Mardi bekerja sebagai pengantar koran. Kakaknya yang kedua sering sakit, sehingga ia tidak tamat sekolah karena keluar dari kelas lima tahun yang lalu.
Ayah dan ibunya tidak pernah memberikan bantuan dalam bimbingan pelajaran. Sangat jarang kesempatan untuk berkumpul bersama seluruh keluarga, karena semuanya selalu sibuk. Ketika guru pembimbing datang mengunjungi keluarga pak Kardi, mereka menyambut dengan gembira dan berterima kasih atas usaha untuk membimbing Mardi. Ayahnya menyambut baik rencana untuk memberikan bimbingan kepada Mardi, dan mengakui segala kekeliruan dalam mendidik anaknya. Harapan pak Kardi, andaikan Mardi ada kemungkinan, ingin agar sekolahnya di terusklan karena sebagai harapan dalam keluarga. Kalaupun tidak bisa, ingin agar Mardi dapat bekerja dengan baik. Perlu di jelaskan bahwa ibunya bersifat keras kepada anak-anaknya.
5. Kepribadian : Berdasarkan pengamatan guru-guru yang pernah mengajarnya, Mardi anak yang pendiam, mudah tersinggung, menyisihkan diri dari kawan-kawannya. Wawancara dengan Mardi memberikan keterangan bahwa ia selalu diliiputi oleh rasa takut terutama oleh ibunya. Sebenarnya ia tidak mau bekerja sebagai pengantar koran, tetapi ibunya yang memaksa untuk itu.
Ia selalu rindu kapada ayahnya. Cita-citanya ingin menjadi seorang montir mobil. Ia ingin juga melanjutkan sekolah, tapi ibunya melarang meskipun ayahnya endorong. Minatnya banyak tercurah ke dalam pelajaran menggambar, sedangkan kepada pelajaran sejarah ia menyatakan paling tidak senang. Berdasarkan test intelegensi yang di berikan kepadanya, ternyata ia memiliki tingkat kecerdasan yang tergolong rata-rata. Bakatnya lebih menonjol dalam bakat mekanis.
6. Tingkah laku sosial : Kurang banyak bermain, lebih banyak menyendiri. Kawan-kawannya banyak yang mencemooh-kannya. Data sosiometris menunjukkan bahwa ia tidak ada yang memilih. Ia sendiri memilih Amir, seorang murid yang cukup pandai dalam kelasnya. Ketika dinyatakan kenapa memilih Amir, ia menyatakan karena Amir pandai dan orangnya baik, ia ingin seperti Amir. Menurut laporan guru kelas 1, ketika di kelas 1 mardi tidak seperti sekarang. Waktu itu ia anak yang cukup populer diantara kawannya. Gejala semacam itu mulai mundur ketika ia tidak naik kelas. Kawan-kawannya encemoohkan dan ibunya memarahinya. Ia merasa malu untuk bergaul dengan kawan-kawannya, ia merasa kurang diantara teman-temannya. Ia merasa lain diantara kawan-kawnnya (umurnya paling tua di antara teman sekelasnya). Diluar sekolah ia kurang mendapat kesempatan untuk bermain, karena harus bekerja sebagai pengantar koran di sore hari.
7. kesimpulan : - Mardi menghadapi maslah yang memerlukan bantuan;
- Lingkungan keluarga merupakan fakta yang menimbulkan masalahnya;
- Ada bakat dan minat yang tidak berkembang
- Keluarga terutama ayahnya memberikan bantuan dan pengertian kepada usaha bimbingan.
- Mardi tersisihkan dari pergaulannya karena merasa rendah diri
- Sesungguhnya ia tidak tergolong anak yang bodoh karena tingkat kecerdasannya tidak tergolong rendah. Ia mengalami hambatan dalam dirinya.
- Umur dan keadaan fisik yang melebihi kawan-kawannya, mempengaruhi dirinya.[7]
Contoh proses dan langkah-langkah pelaksanaan studi kasus
Sebelum sampai pada uraian mengenai langkah-langkah dan teknik bimbingan, berikut ini akan digambarkan sebuah contoh yang akan memberikan gambaran bagaimana langkah dan teknik memberikan bimbingan kepada seorang kasus. Contoh yang akan diberikan ialah kasus Mardi seperti telah digambarkan pada kasusu terdahulu.
Guru pembimbing di sekolah itu menerima laporan ari guru kelas enam, bahwa seorang murid yang bernama Mardi menunjukkan gejala-gejala: sering tidak masuk sekolah, hasil belajarnya menurun, menyendiri, mudah tersinggung, tidak mau mencatat, tidak pernah membawa buku dan alat-alat tulis, bersikap acuh terhadap pelajaran, dan selalu menolak kalau disuruh kedepan untuk bernyanyi. Setelah menerima laporan, guru pemebimbing mulai mengumpulkan keterangan mengenai diri kasus, yaitu mengenai alamat, tanggal lahir, lamanya menunjukkan gejala tersebut, orang tua, pekerjaan orang tua, dll. Semuanya itu ditanyakan kepada guru kelasnya. Berdasarkan keterangan pendahuluan itu guru pembimbing menetapkan Mardi sebagai kasusu yang memerlukan pemahaman dan bantuan yang khusus.
Langkah yang pertama dilakukan ialah mengadakan studi yang mendalam tentang diri Mardi beserta latar belakangnya(studi kasus). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sebaik-baiknya agar memperoleh gambaran mengenai kesulitan atau masalah yang sebenarnya, sehingga dapat di tetapkan bagaimana jenis bantuan yang dapat diberikan untuk menolong Mardi. Dalam langkah ini guru pembimbing mulai mengumpulkan dokumen-dokumen sekolah yang mencatat tentang diri Mardi, seperti buku induk, raport sejak di kelas satu sampai sekarang, daftar absen, catatan-catatan guru, dll.(studi dokmenter). Juga mulai mengadakan wawancara dengan guru-guru yang pernah mengajarnya.
Langkah selanjutnya ialah memanggil Mardi untuk diajak wawancara. Kepadanya di jelaskan bahwa guru bermaksud akan membantunya dan bukan akan menghukumnya. Pada mulanya Mardi merasa ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan tetapi setelah dijelaskan segala maksudnya, Mardi dengan terbuka memberikan jawaban-jawabanya. Ia menceritakan bahwa jika berada di sekolah selalu merasa malu, malas. Ia merasa bodoh dan lebih tua dari rata-rata umur murid teman sekelasnya, juga tinggi dan berat badannya. Sejak ia tidak naik kelas, ia merasa bahwa dirinya yang paling bodoh.
Di rumah selalu diliputi oleh rasa takut karena ibunya selalu memarahinya. Setelah sekolah ia menjadi pengantar koran, meskipun sebenarnya ia tidak mau melakukan hal itu, tetapi ibunya memaksa untu itu. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya iapun ingin seperti kawan-kawannya yang lain. Pelajaran yang paling disenanginya ialah menggambar, sedangkan yang paling tidak disenanginya ialah sejarah. Cita-citanya menjadi ahli mesin atau montir mobil, tetapi ayahnya melarang untuk itu. Wawancara pertama yang dilakukan waktu itu oleh guru pembimbing dimaksudkan untuk memperoleh keterangan yang lebih banyak dari diri kasus, disamping mulai menanamkan kepercayaan pada dirinya serta mulai membina hubungan yang baik dan disertai saling mempercayai. Pada akhir wawancara, dan ia berjanji akan datang lagi kepada guru pembimbing.
Pada hari yang telah ditentukan guru pembimbing mengunjungi rumah orang tua Mardi. Ia diterima oleh kedua orang tuanya dengan ramah tamah. Kedua orang tuanya meminta bantuan guru atau sekolah untuk membimbingnya. Dalam kunjungan itu kepada kedua orang tuanya dijelaskan maksud guru pembimbing datang, dan kedua orang tuanya memahami dengan baik dan memberikan keterangan dengan sejujur-jujurnya. Dari kunjungan ini guru pembimbing memperoleh keterangan sebagai berikut. Ayah Mardi (pak Kardi) bekerja sebagai supir truk, dan ibunya sebagai pedagang sayur. Anaknya semuanya 6 orang. Mardi sendiri adalah anak yang ketiga, yang paling besar perempuan dan sudah kawin. Kakak Mardi yang kedua ialah laki-laki dan sering sakit, tiga orang adiknya semuanya perempuan, yang paling kecil berumur 5 tahun. Jadi Mardilah anak laki-laki yang dijadikan sebagai harapan orang tuanya. Ibunya bersikap keras kepada anaknya, terutama kepada Mardi. Ayahnya menghendaki agar Mardi dapat meneruskan sekolahnya. Sedangkan ibunya menghendaki tidak melanjutkan sekolah, tetapi bekerja. Keadaan ekonomi keluarga pak Kardi boleh dikatakan kurang, karena penghasilan pak Kardi sebagai supir dan ibunya hanya cukup untuk makan saja. Suasana di rumah kurang begitu baik, karena pak Kardi sering tidak ada di rumah. Ibunya sejak pagi-pagi sudah pergi ke pasar, dan baru pulang sore hari. Sehingga kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh keluarga boleh dikatakan jarang sama sekali. Pada wawancara itu guru tidak memberikan saran apa-apa karena maksudnya hanya untuk memperoleh keterangan tentang latar belakang keluarga Mardi. Pada akhir wawancara dijanjikan bahwa guru pembimbing akan datang lagi dan hal itu diterima baik oleh kedua orang tuanya.
Atas persetujuan guru dan juga Mardi sendiri kemudian guru pembimbing membawa Mardi untuk diperiksa kesehatannya kepada klinik yang terdekat. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan fisik dan kesehatan Mardi termasuk baik, tidak terdapat kelainan-kelainan. Hanya tinggi dan berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan-kawan sekelasnya. Maka disimpulkan bahwa dari segi jasmani dan kesehatan sesungguhnya tidak terdapat gangguan dan kelainan. Hanya diperoleh keterangan bahwa Mardi pernah sakit typhus ketika di kelas lima dan ketika berumur 6 tahun.
Kemudian atas persetujuan guru kelas dan kepala sekolah diadakan psychotest kepada seluruh murid kelas enam. Hasil psychotest menunjukkan bahwa dalam inteligensi Mardi menunjukkan tingkat kecerdasan yang tergolong normal (rata-rata). Ia memiliki bakat mekanis yang tinggi, mudah tersinggung dan memerlukan dorongan.
Untuk mengetahui keadaan tingkah laku sosialnya, guru mencoba melakukan teknik sosiometri, dan dari sosiogramnya ternyata Mardi tergolong anak yang terisolir (tidak ada yang memilih). Ia sendiri memilih Amir, seorang murid yang pandai di kelas itu. Selanjutnya situasi, seperti ketika mengikuti pelajaran, sedang olah raga, sedang istirahat, sedang bekerja, dan sebagainya. Dari observasi ini diperoleh data bahwa memang Mardi kurang populer dalam kelompokknya.
Dalam suatu pelajaran mengarang guru kelas memuruh murid-murid untuk membuat dua buah karangan yang masing-masing berjudul : “Keadaan di rumahku” dan “Cita-citaku setelah tamat sekolah”. Dari kedua judul karangan itu Mardi menceritakan keadaan keluarganya dan lebih banyak menyalahkan keadaan keluarganya, terutama kepada ayahnya yang sering tidak ada di rumah, dan ibunya yang sering memarahinya. Ia menyatakan kerinduan kepada ayahnya. Dari karangan mengenai cita-citanya, diketahui bahwa ia menginginkan menjadi seorang montir mobil yang cakap.
Berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian guru pembimbing membuat laporan data studi kasus yang bentuknya seperti telah dicontohkan dalam bagian yang terdahulu membuat suatu kesimpulan mengenai maslaah yang dihadapi Mardi serta latar belakangnya, sebagai berikut :
Masalah (kesulitan) Mardi :
1. Masalah kesulitan dalam belajar
2. Masalah penyesuaian diri dalam kehidupan sosial
3. Masalah pribadi (ada konflik dalam dirinya dan kurang percaya pada diri sendiri)
Latar belakangnya ialah :
1. Kekecewaan waktu tidak naik kelas
2. Situasi di rumah yang tidak memadai
3. Ada bakat-bakat yang tidak dapat berkembang
4. Umur yang lebih tua dari kawan-kawannya
Berdasarkan data dan kesimpulan sementara itu, kemudian bersama-sama dengan guru kelas dan Kepala Sekolah, diadakan rapat atau pertemuan dengan semua guru di sekolah itu, untuk membicarakan masalah tindakan selanjutnya. Pada kesempatan itu guru pembimbing memberikan laporan mengenai data yang telah terkumpul dan kesulitan serta latar belakangnya. Kemudian dikemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya, yaitu usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk memberikan bantuan. Pada pertemuan itu semua guru memberikan sumbangan pikiran masing-masing, baik mengenai data maupun mengenai langkah-langkah usaha memberikan bimbingan. Rapat semacam ini disebut case conference (pertemuan kasus).
Pertemuan tersebut menyimpulkan dan menetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
Jenis bantuan yang akan diberikan ialah :
1. Bimbingan dalam kesulitan belajar
2. Bimbingan penyesuaian diri, terutama dalam kehidupan sosial
3. Bimbingan pribadi dalam penyelesaian konflik pribadi
Untuk itu, langkah-langkah yang akan ditempuh ialah :
1. Mengadakan wawancara khusus dengan kasus secara teratur dan sistematis
2. Mengadakan pendekatan dengan orang tua untuk memperoleh pengertian yang sebaik-baiknya dari orang tua. Hal ini dilakukan dengan mengunjungi rumah (home visit) atau pemanggilan orang tua ke sekolah.
3. Mengikutsertakan kasus dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti diskusi, kerja kelompok, dan sebagainya.
4. Mengadakan kunjungan (karyawisata atau field trip) ke objek-objek tertentu.
5. Memberikan bantuan secara khusus dan individual dalam belajar, terutama untuk matapelajaran-matapelajaran yang kurang.
6. Memberikan informasi atau keterangan-keterangan baik tentang pendidikan maupun tentang pekerjaan kepada murid secara kelompok ataupun individu.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dirumuskan dalam pertemuan (case conference) tersebut, kemudian guru pembimbing mulai mengadakan wawancara dengan Mardi. Dalam kesempatan wawancara tersebut diusahakan agar Mardi lebih memahami gambaran tentang dirinya. Dijelaskan bahwa ia tidak perlu merasa rendah diri. Dalam wawancara tersebut Mardi menyatakan kepuasannya, karena ada tempat mencurahkan perasaannya dan telah berniat untuk memperbaiki keadaannya. Iapun melaporkan bahwa semenjak kunjungan gurunya ke rumah, ibunya bersikap lebih baik dan ayahnya pun leih banyak memperhatikan dirinya. Hal itu telah menimbulkan gairah untuk belajar lebih baik.
Dalam kunjungan ke rumah (home visit) yang kedua kali kepada orang tuanya dijelaskan dan diminta pengertian dalam menghadapi Mardi. Kepada orang tuanya dijelaskan pula mengenai data tentang diri Mardi baik mengenai kemampuan, kecerdasan, maupun bakatnya. Ibunya berjanji untuk mengubah sikapnya dan ayahnyapun berjanji untuk tidak terlalu lama meningglkan rumah. Pekerjaan Mardi sebagai pengantar koran dihentikan dan lebih banyak memberikan kesempatan kepada Mardi untuk bekerja sesuai dengan minatnya, yaitu menggambar dan mmebuat kerajinan atau mainan. Juga sekali-kali ikut dengan ayahnya ke bengkel untuk memperbaiki mesin mobil. Orang tuanya melaporkan bahwa sekarang Mardi mau belajar di rumah.
Pada waktu yang telah ditentukan guru membawa murid untuk mengadakan karyawisata atau peninjauan ke suatu proyek pembuatan jalan raya. Setiap murid diminta untuk memperhatikan mesin-mesin yang ada, seperti buldozer, mesin derek, mesin giling, pemecah batu, dan sebagainya. Kemudian membuat laporan untuk didiskusikan di dalam kelas. Dalam kegiatan itu guru memperhatikan tingkah laku Mardi yang nampak sangat senang dan gembira. Ia menunjukkan sesuatu dan menjelaskan kepada teman-temannya, ia sangat aktif mencatat dan bertanya kepada para pekerja di situ. Setelah selesai peninjauan, Mardi diminta berdiskusi dan membuat laporan. Ternyata Mardi berhasil membuat laporan yang paling baik, ia berhasil membuat gambar mesin-mesin yang dilihatnya.
Semua teman-temannya merasa kagum atas prestasi Mardi, dan mulai saat itu kawan-kawannyapun mulai menghargai keunggulan Mardi. Dari kenyataan itu Mardi merasa harga dirinya kembali.
Kemudian guru merencanakan suatu proyek kerja kelompok yaitu membuat mesin-mesin dari kayu. Untuk itu Mardi ditunjuk sebagai ketua kelompok dan harus memimpin kegiatannya. Ia sangat aktif dan ternyata ia berhasil memimpin kawan-kawannya dalam membuat mainan dari kayu itu. Ketika diadakan pameran, hasil kerajinan itu mendapat penilaian yang baik. Kini kawan-kawannya tidak menganggap Mardi sebagai anak yang harus dijauhi, tetapi sebagai seorang anak yang memiliki kemampuan tertentu. Mardipun telah merasakan bahwa dirinya dihargai dan diakui oleh kawan-kawan sekelasnya.
Dalam hal pelajaran-pelajaran yang mundur, guru telah memberikan bantuan secara individual, baik yang sifatnya mengulang maupun tambahan. Mardi bersedia untuk menerima tambahan pelajaran pada waktu-waktu tertentu. Ia diberi tugas-tugas pelajaran pada waktu-waktu tertentu. Ia diberi tugas-tugas pelajaran tambahan untuk dikerjakan baik di sekolah maupun di rumah. Dengan bantan guru-guru, teman-temannya dan juga orang tuanya, Mardi dapat melaksanakan tugasnya itu. Amir sebagai kawan yang disenanginya dicoba didekatkan dan ternyata Amir dapat memberikan bantuan yang baik dalam belajar.
Di samping itu gurupun memberikan penjelasan-penjelasan tentang cara-cara belajar yang baik. Kemudian guru memberikan penerangan tentang sekolah-sekolah lanjutan yang dapat dimasuki setelah taman Sekolah Dasar. Pada umumnya murid-murid ingin melanjutkan sekolahnya termasuk Mardi, tetapi Mardi ingin melanjutkan ke Sekolah Teknik atau memasuki kursus montri mobil.
Proses pemberian bantuan itu dilakukan secara kontiny dan dalam waktu yang agak cukup lama. Setelah kurang lebih sebulan proses itu berjalan, mulai terlihat ada perubahan dalam diri Mardi. Guru kelas melaporkan bahwa hasil ulangannya sudah agak lebih baik dari sebelumnya. Ia mulai mau membuat catatan dan jarang tidak masuk. Dalam satu bulan ini ia tercatat tidak masuk dua hari. Itupun ada berita sebelumnya. Pergaulan dengan kawan-kawannya menjadi lebih baik. Ia bersedia menjadi ketua kelas dan kawan sekelasnyapun menyenanginya sebagai ketua kelas. Dalam kegiatan kelompok ia aktif. Orang tuanya ketika suatu hari datang ke sekolah melaporkan bahwa anaknya sekarang lebih rajin belajar di rumah dan mejadi periang, bahkan dapat membantu adik-adiknya. Orang tuanya lebih yakin akan keberhasilan anaknya dalam sekolah. Sedikit-sedikit ia sudah agak mengetahui tentang mesin mobil dan ia sangat senang sekali kalau diajak bekerja di bengkel memperbaiki mesin-mesin mobil.
Dari data sosiometri sekarang nampak ada perubahan. Ia tidak lagi tergolong sebagai anak yang terisolir, tetapi sebagai anak yang cukup disenangi dalam pergaulan.
Dalam wawancara dengan Mardi, ia menyatakan bahwa ia sekarang merasa senang belajar, keadaan di rumah sudah berubah, ia tidak lagi dimarahi oleh ibunya, ia diperbolehkan ikut dengan ayahnya bekerja di bengkel. Angka-angka ulangan sudah agak lebih baik, dan ia berjanji akan belajar lebih baik lagi. Cita-citanya ialah akan melanjutkan ke sekolah teknik setelah taman ujian di SD.
Dari hasil pengamatan tersebut guru pembimbing menyimpulkan bahwa usaha pemberian bimbingan kepada Mardi sampai batas tertentu nampak ada hasilnya. Dengan kata lain : kesulitan belajar Mardi telah sebagian dapat teratasi, ia telah berhasil memperoleh harga dirinya sehingga ia dapat menyesuaikan diri yang lebih baik dalam kelompoknya. Pertentangan batin yang terjadi karena sikap ayah dan ibunya telah dapat diselesaikan karena ada pengertian dari kedua orang tuanya.
E. Langkah-langkah Bimbingan
Dalam pemberian bimbingan di kenal adanya langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah identifikasi kasus
Langkah ini di maksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
b. Langkah diagnosa
Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasusu beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang di lakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.
c. Langkah Prognosa
Langkah ini merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah prognosa ini di tetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah di tetapkan masalah beserta latar belakangnya
d. Langkah terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang di tetapkan dalam langkah prognosa.pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
e. Langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini di maksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
F. Teknik- teknik Bimbingan
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan kelompok dan pendekatan secara individuil.
a. Bimbingan kelompok (group guidance)
Teknik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-maslah dengan melakukan kegiatan kelompok.
1. Home room Program (program home room)
Yaitu suatu program kegiata yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam dalam kelas dalam bentuk pertemuanantara guru dengan muriddi luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan hal-hal yang di anggap perlu.
2. Karya wisata (field trip)
Karya wisata atau field trip disamping sebagai berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Di samping itu diharapkan murid-murid mendapatkan kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggung jawab , percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
3. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah barsama-sama. Setiap murid mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri.
4. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
5. Organisasi murid
Melalui organisasi murid ini banyak masalah-maslah yang sifatnya individuil maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial, serta dapat mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk tanggung jawab dan harga diri.
6. Sosiodrama
Sosiodrama dapat juga diartikan dengan bermain peran, di dalamsosio drama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya.
7. Psikodrama
Psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psichis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada pada dirinya dapat di kurang atau dihindarkan.
8. Remedial teaching
Pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang di berikan kepada seorang murid untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya.remedial ini mungkin berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid.
b. Penyuluhan individuil (individual counseling)
Counseling atau penyuluhan merupakan salah satu teknik pemberian bantuan secara individuil dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara counselor dengan kasus.
Pada umumnya dikenal ada tiga teknik khusus dlam konseling yaitu:
1. Directive counseling
Yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan ialah counselor; counselor berusaha mengarahkan counselee sesuai dengan masalahnya.
2. Non- Directive counseling
Teknik ini adalah kebalikan dari teknik diatas, yaitu semua berpusat kepada counselee. Counselor hanya menampung pembicaraan, yang berperan ialah counselee. Counselee bebas bicara sedangkan counselor menampung dan mengarahkan
3. Eclective counseling
teknik ini merupakan campuran dari kedua teknik diatas.[8]
E. Alat-alat pengumpulan data dalam studi kasus
1. Pedoman wawancara
2. Catatan anekdot
3. Daftar cek
4. Skala penilaian
5. Angket murid
6. Angket pengamatan guru
7. Angket orang tua
8. Daftar isisan sosiometri
9. Kartu pemeriksaan kesehatan
10. Laporan individuil hasil psychotest[9]
DAFTAR PUSTAKA
Djumhur I. dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), C.V. ILMU: Bandung. 1975
Nugroho, Obed Agung http:// obedan.wimamadiun.com/studi-kasus-bimbingan-konseling/. 02 juni 08
Worung, E. J. I. Kasie dan Hermien Laksmiwati, Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah, Unesa Uneversity Press: Surabaya. 2005
[1] E. J. I. Kasie-Worung dan Hermien Laksmiwati, Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah (Unesa Uneversity Press: Surabaya. 2005), hal. 1
[2] Obed Agung Nugroho.S.Pd. http:// obedan.wimamadiun.com/studi-kasus-bimbingan-konseling/. 02 juni 08
[3] I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), (C.V. ILMU: Bandung. 1975) . hal. 64
[4] Kasie dan Hermien, Mencermati Masalah keterampilan…, hal. 2
[5] Kasie dan Hermien, Mencermati Masalah keterampilan…, hal. 2
[6] Obed Agung Nugroho.S.Pd. http:// obedan.wimamadiun.com/studi-kasus-bimbingan-konseling/. 02 juni 08
[7] Djumhur dan Surya, Bimbingan dan Penyuluhan … .. hal. 64-68
[8] Djumhur dan Surya, Bimbingan dan Penyuluhan … .. hal. 104-110
[9] Djumhur dan Surya, Bimbingan dan Penyuluhan … .. hal. 69
0 komentar:
Posting Komentar