Dalam kegiatan produksi diperlukan berbagai bahan, air dan energi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Namun demikian, dalam proses produksi tidak ada efisiensi yang sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik padat, cair ataupun gas.
Berdasarkan definisinya, limbah adalah sisa hasil proses produksi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Sedangkan air limbah didefinisikan sebagai sisa hasil proses produksi yang bebentuk cair yang sudah tidak
dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Dengan demikian, setiap limbah yang dihasilkan perlu dikelola secara baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung didalamnya dan aman di buang ke lingkungan.
Kegiatan agroindustri atau pengolahan hasil pertanian juga menghasilkan limbah padat, cair dan gas dengan karakteristik yang khas. Secara umum karakteristik limbah cairnya adalah mengandung bahan organik yang tinggi, bahan tersuspensi, lemak, dan volume limbah yang besar. Dengan karakteristik seperti itu maka pengelolaan dan pengolahan limbah yang dilakukan juga perlu dirancang secara khusus meliputi upaya minimasi limbah dan pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Untuk limbah industri tahu-tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987), yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto, 1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah (Nurhasan dan Pramudya, 1987). Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan. Beberapa contoh hasil pengukuran kadar BOD Dan COD di dalam air limbah tahu dan tempe di daerah DKI Jakarta ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Analisa Limbah Cair Industri Tempe
PARAMETER LOKASI COD (mg/l) BOD (mg/l)
Setia Budi 7.852 5.400
Setia Budi 20.467 11.000
Setia Budi 8.659 4.750
Tebet 28.320 9.475
Tebet 5.285 2.950
Kebayoran Baru 5.597 3.675
Kebayoran Lama 6.423 3.525
Cilandak 6.073 3.600
Pasar Minggu 12.300 7.500
Pasar Minggu 7.912 3.650
Tegal Parang 15.685 8.250
Tegal Parang 23.340 14.000
Cipinang 61.425 13.600
Kebon Pala 2136 2100
Setia Budi 7852 5400
Tebet 28320 9475
Kebayoran Baru 5597 3675
Kebayoran Lama 6423 3525
Cilandak 6073 3600
Tabel 2. Hasil Analisa Limbah Cair Industri Tahu
PARAMETER LOKASI COD(mg/l) BOD(mg/l)
Cipinang 1102 910
Kebon Pala 3211 2200
Utan Kayu 8327 1200
Setia Budi 5904 2250
Tebet 2362 2100
Kebayoran Lama 7916 3450
Kuningan Barat 8360 8100
Mampang 4897 3550
Cilandak 9207 5425
Pasar Minggu 3779 1750
Tegal Parang 15055 12100
Berdasarkan definisinya, limbah adalah sisa hasil proses produksi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Sedangkan air limbah didefinisikan sebagai sisa hasil proses produksi yang bebentuk cair yang sudah tidak
dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Dengan demikian, setiap limbah yang dihasilkan perlu dikelola secara baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung didalamnya dan aman di buang ke lingkungan.
Kegiatan agroindustri atau pengolahan hasil pertanian juga menghasilkan limbah padat, cair dan gas dengan karakteristik yang khas. Secara umum karakteristik limbah cairnya adalah mengandung bahan organik yang tinggi, bahan tersuspensi, lemak, dan volume limbah yang besar. Dengan karakteristik seperti itu maka pengelolaan dan pengolahan limbah yang dilakukan juga perlu dirancang secara khusus meliputi upaya minimasi limbah dan pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Untuk limbah industri tahu-tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987), yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto, 1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah (Nurhasan dan Pramudya, 1987). Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan. Beberapa contoh hasil pengukuran kadar BOD Dan COD di dalam air limbah tahu dan tempe di daerah DKI Jakarta ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Analisa Limbah Cair Industri Tempe
PARAMETER LOKASI COD (mg/l) BOD (mg/l)
Setia Budi 7.852 5.400
Setia Budi 20.467 11.000
Setia Budi 8.659 4.750
Tebet 28.320 9.475
Tebet 5.285 2.950
Kebayoran Baru 5.597 3.675
Kebayoran Lama 6.423 3.525
Cilandak 6.073 3.600
Pasar Minggu 12.300 7.500
Pasar Minggu 7.912 3.650
Tegal Parang 15.685 8.250
Tegal Parang 23.340 14.000
Cipinang 61.425 13.600
Kebon Pala 2136 2100
Setia Budi 7852 5400
Tebet 28320 9475
Kebayoran Baru 5597 3675
Kebayoran Lama 6423 3525
Cilandak 6073 3600
Tabel 2. Hasil Analisa Limbah Cair Industri Tahu
PARAMETER LOKASI COD(mg/l) BOD(mg/l)
Cipinang 1102 910
Kebon Pala 3211 2200
Utan Kayu 8327 1200
Setia Budi 5904 2250
Tebet 2362 2100
Kebayoran Lama 7916 3450
Kuningan Barat 8360 8100
Mampang 4897 3550
Cilandak 9207 5425
Pasar Minggu 3779 1750
Tegal Parang 15055 12100
0 komentar:
Posting Komentar