Pak Budi |
Mas Amry |
Yupz, bergitulah perbedaan nyata kedua lowongan pekerjaan di kampus itu. Ketika wawancara aslab, aku lebih ditanyakan mengenai komitmenku dan kemampuanku hanya sekilas ditanyakan. Sedangkan pada saat wawancara webmaster, aku lebih ditanyakan mengenai apa saja kemampuanku dan sama sekali tak ada ditanyakan mengenai komitmenku.
Entah yang baik wawancara seperti apa. Tapi kalau aku lebih memilih aku lebih suka wawancara dengan Pak Budi. Sangat asyik, beliau memberi berbagai nasehat yang jauh lebih penting daripada kemampuanku. Dan aku juga setuju seperti itu. Sebab kalau hanya melihat kemampuan, dan bisa jadi komitmen tidak ada maka belum tentu kerjaannya bagus.
Tetapi kalau sudah punya komitmen, sekalipun tidak memiliki kemampuan banyak, tak lah jadi masalah. Karena kemampuan bisa diasah, bisa erjalan seiring waktu.
Wallahualam, aku diterima yang mana. Aku hanya bisa berserah diri kepada Allah saja. Selain mengenai wawancara, juga saingannya berbeda sekali. Kalau yang asisten lab dibutuhkan satu orang dan sainganku sama sekali tidak ada, alias cuma aku yang daftar. Sedangkan kalau webmaster yang diterima dua orang, tetapi yang daftar ada 5 orang, dan juga selain aku ternyata adalah anak teknik informatika semua. Intinya yang asisten lab aku optimis, dan yang webmaster aku optimis.
Yah, yang jelas aku bersyukur, punya pengalaman mendaftar lowongan kerja. Dan bersyukur diberi petunjuk untuk mendaftar kedua-duanya. Padahal sebelumnya aku cukup “PD” daftar lowongan webmaster. Dan hampir mengacuhkan lowongan asisten lab. Ya Allah, aku berserah diri padaMUUUUUUU.
0 komentar:
Posting Komentar