Sudah menjadi kebiasaan kami (aku dan isteriku) pada setiap hari senin setiap minggunya, ketika berangkat kuliah ke Banjarmasin menggunakan kendaraan sepeda motor. Aku yang membawa dan isteriku yang membuncingi dibelakangku, maklum ar rijalu Qawwamun ala nisa’ (laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan) demikian kata Al Qur’an. Tapi, hari itu memang beda dari hari-hari sebelum senin tanggal 9 Mei 2011, aku berada di belakang dan isteriku yang menjadi driver (sopir), gensi memang, tapi kondisi kesehatan pada saat itu sungguh tidak dapat dipaksakan untuk menyetir sebuah sepeda motor.
Jam menunjukan pukul 11.10 wita kami melangkahkah kaki keluar rumah dan menuju kendaraan Yamaha Z, dan kamipun meluncur menuju Banjarmasin. Di tengah perjalanan, tepatnya sekitar desa Jilatan Kab. Tanah Laut kami menyelip sebuah kendaraan yang dibawa oleh seorang laki-laki setengah baya, tanpa helm dan seperti menggendong seorang bayi. Perasaan kami terlihat aneh, masa di tengah matahari yang cukup panas seorang berkendaraan tanpa helm dan anehnya menggendong bayi lagi….kamipun terus berlalu dan melaju meninggalkannya.
Tapi, ketika kami istirahat di sebuah masjid kamipun melihat kendaraan dengan menggendong bayi itu juga berhenti dan bayi itu menangis tanpa henti, dan terlihat ayahnya sedang memberikan solusi untuk menghentikan tangisnya, tapi sia-sia. Melihat hal itu, kami pun memberanikan diri untuk menanyakan, kenapa bayi itu dan rencana dibawa kemana? Astagfirullah,…ternyata, dia akan membawa anak itu (umurnya sekitar 2 bulan) ke Barabai tepatnya daerah Pagat. Dan setelah ditanya lagi ternyata dia habis berkelahi dengan isterinya, anaknya itu menjadi sebuah “taruhan” untuk berpisah dari isterinya.
Kamipun terinyuh dan merasa kasihan kepadanya, kamipun menawarkan untuk member dia air putih dan sebelumnya mencoba mencari susu, karena bayi itu sejak dari rumah (katanya dari Muara Kintab) tidak minum apa-apa dan ternyata benar, ketika diberi air putih sungguh bayi itu minum dengan dahaganya. Setelah mendengar ceritanya dan kamipun memberikan solusi agar anaknya itu jangan dibawa berkendaraan dan alangkah baiknya naik taksi aja ke hulu sungai itu, tapi ternyata dia tidak mau dan kami mengajak untuk membawa dia ke rumah adik ipar di Pelaihari, mungkin ada helm atau disana ada dot untuk si bayi itu. Akhirnya dia mau diajak dan isteriku yang membawanya dan terpaksa aku kembali bertugas sebagai sopir kali ini. Walaupun kondisiku belum seratus persen sehat.
Sesampai di rumah adik iparku di Pelaihari, bayi tadi kami beri air susu dan istirahat sebenar sekitar satu jam. Dirumah adik ipar kami, ayah dari bayi itupun kami introgasi kenapa ceritanya anak itu sampai begini nasibnya, tanpa ibu padahal secara naluri seorang ibu (mama) sangat saying kepada bayi yang berumur dua bulan ini, Tyas Maulida nama bayi itu, sungguh indah namanya dan cantik lagi orangnya, orangtuanya bercerita ia sejak bangun tidur sudah dimarahi oleh sang isteri dan sudah tidak tahan lagi makanya dia bawa “lari” anaknya ini, padahal kalau dilihat segi ekonomi ia sudah punya pekerjaan cukupan, mungkin konflik apa yang mendera keluarganya kami tidak begitu penting menelitinya, yang pasti bayi itu yang manis itu menjadi focus kami.
Kami sudah menyarankan kepada orangtuanya untuk menitipkan kendaraan “Sogun”nya di rumah adik ipar kami, dan berangkat naik taksi aja, tapi dia tidak mau. Akhirnya dia berangkat saja naik kendaraan tuanya aja, dan kebetulan kami mau ke Banjarmasin maka isterinya saya menolong menggendong sampai persimpangan Cempaka – Banjarmasin, dan setelah nyampai di persimpangan Cempaka-Banjarmasin, bayi itu kami serahkan kepada orangtuanya dan dibawa dengan cara semula digendong dengan kain ayunan sambil memegang tangan kiri dan tangan kanan memegang stang kendaraan…kami berharap bayi itu sampai ketujuan dan saat itu waktu sudah menunjukan pukul 14.30 wita dan kalau dipikir-pikir sampai di Barabai akan menemui waktu malam, sungguh kasian bayi mungil itu, belum lagi hujan menerpa mereka…Tyas jangan nangis lagi ya ….jadilah engkau anak yang shalehah nantinya dan menjadi harapan bagi ayahmu…semoga!
Ibrah:Anak adalah amanah dari Allah, makanya pendidikan dan tanggungjawab orangtua akan dipertanggungjawabkan nantinya di dunia ini dan akhirat.
Jilatan, 9 Mei 2011
Latis Modular Dan Sifat-sifatnya.
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar