Pages

Rabu, April 20

Tradisi dan Keharuan

Tengaran, 10 September 2010

Tahun ini, sama seperti tahu-tahun sebelumnya dimana seluruh keluarga besar R. Waluyo(keluarga dari ayahku) berkumpul di rumahku, tepatnya di Tengaran. Eyang putri dan dan tanteku sudah ada di rumahku sejak hari Rabu. dan ibuku pun mulai menyibukan dirinya dengan memasak banyak masakan untuk lebaran, mulai dari nggoreng kacang, krupuk, kacang mete, sampai bikin kupat, opor ayam, rendang daging, dan sambel bajak, tak ketinggalan sambel Tumpang(masakan yang paling laris di tiap taunya).

Dan takbir pun berkumandang, tanda 1 Syawal telah tiba, dimana dikenal pula sebagai hari Kemenangan sekaligus hari untuk saling memaafkan. dan kamis sore pukul 16.00, aku ke makam eyang kakung yang sudah meinggal 4 tahun lalu, aku kemakamnya untuk menjenguknya bersama ayahku, dan ditemani hujan rintik disore itu aku berdo'a untuknya. Dan sore itupula budhe ku datang dari Jakarta beserta ketiga anaknya dan ponakanya, suaminya sudah meninggal 2 tahun setelah kakeku meninggal. Sore itupun menjadi buka puasa yang paling rame di tahun ini, ada 3 keluarga lengkap berbuka dan berkumpul bersama di rumahku yang benar" besar, maklum, rumah ini tinggalan eyangku yang kebetulan dulunya adalah mebel.

Senang rasanya sudah bisa menikmati ketupat, opor ayan dan samberl goreng kentang buatan ibuku bersama tante, budhe, ayah dan ibuku, serta semua kakak dan adik ponakan yang sangat rame.....sore itu benar" awal lebaran yang membuatku bahagia dan bersyukur.

malam pun datang dan semua menikmati suasana itu dengan bercanda gurau, berbincang" dan berkumpul bersama.Sekitar Jam 8 malam aku dan ayah ibuku pergi ke desa orangtua dari ibuku (aku memanggilnya mbah) untuk mengantar makanan kecil dan beberapa lauk yang sudah matang serta bingkisan lebaran untuk keluarga yang lain. hingga pukul 11, baru aku kembali pulang, dan setelah sampai di rumah, aku pun tidur bersama kakak sepupuku yang dari Jakarta. Biasa kita FB-an bareng untuk membunuh waktu, dan menikmati malam itu. Akupun tidur untuk menyiapkan diri agar esok bisa mengikuti Shalat Ied..

ada yang lupa aku tulis disini. Eyangku memiliki 8 orang anak -sebenarnya 9, namun anak pertama meninggal waktu masih kecil- yang terdiri dari 4 anak perempuan, dan 4 anak laki-laki. ayahku adalah anak laki-laki termuda dengan 2 adik perempuan.

Pagi pun tiba, dan aku menyiapkan diriku untuk ke Masjid dan menunaikan Shalat Ied bersama. setelah itu, kami pulang dan kembali menyantap ketupat opor bersama keluarga ku. Pagi itu pun, aku sempat menyuapi Eyang putriku yang saat ini dalam keadaan sakit. duduk di kursi roda, dan aku disampingnya, aku menyuapinya dengan rasa senang...

siang itu, budheku ke Purwokerto, dan tentunya semua anak"nya ikut, ketika berpamitan, aku melihat air mata yang berlinang dari budhe dan tanteku, serta kakaku, itu selalu terjadi setiap tahunya, termasuk ibuku ketika itu. aku tak tahu apa sebabnya, mungkin karena terharu terlebih eyangku dalam keadaan sakit, dan budhe saat ini tinggal sendirian -hanya itu yang ada di benaku- selain itu, aku hanya mengira-ira. tapi tangis itu tangis yang tercipta karena rasa kaih, cinta dan sayang diantara semua keluarga. bahkan ayahkupun sempat sedih, ketika eyangku hanya tertidur di kasurnya dengan kosong (red:blank). dan usai mereka berpamitan, sejenak rumah sepi, namun masih tetap ramai karena kami menunggu tradisi sungkeman yang menjadi tradisi tiap tahunya.sambil membuang lelah setelah membersihkan teras dan mobil, akupun tidur untuk membunuh waktu usai shalat Jum'at.

sorepun tiba dan aku bersiap untuk tradisi yang kami nantikan, semua keluarga berkumpul di ruang tengah, ada pakdhe, budhe, semua kakak dan adik" yang sudah datang berkumpul dan memang akan mengadakan sungkeman yang menjadi tradisi tiap tahun di keluarga kami. Namun ada yang berbeda di tahun ini, dan ini juga yang membuat kami, termasuk aku merasa bersedih, bahkan akupun menahan rasa untuk menangis. tahun" sebelumnya kami sungkem/menghampiri eyang untuk meminta maaf dan meminta do'a restu satu persatu, namun kali ini, hanya diwakilkan oleh pakhde tertua dari keluarga kami, karena keadaan yang tidak memungkinkan eyang untuk itu, dan eyangku hanya bisa tersenyum dan hanya itu emosinya. dan praktis hal itu yang membuat kami bersedih dan harus bersabar. Akhirnya kami berdo'a bersama dipimpin oleh budhe,(kakak dari ayah yang ke 5). usai kami berdo'a baru satu-persatu menghampiri eyang untuk mencium tangan dan pipi eyang yang kami sayang. mulai dari pakdhe, budhe, om, tante, kakak, dan adik, termasuk juga aku. dan kami melanjutkan untuk bermaaf"an satu sama lain, ya inilah tradisi setiap tahun.


Dan tahun ini ada beberapa hal yang membuat kami bersedih,

  1. kondisi eyang yang sudah tidak lagi seperti sebelumnya, dimana hanya bisa berbaring, dan sering kali eyangku blank, hal itu yang membuat kami bersedih. hal yang jelas berbeda dari taun sebelumnya, dimana eyang dulu bisa mendo'akan kami satu persatu, memberikan tangis dan air matanya bagi kami, ikut terharu dan kami pun sangat menyayangi eyang karena eyang sangat menyayangi kami.
  2. budheku(istri dari kaka ayahku) ada yang sakit, dan belakangan sakit ini semakin membuatnya dalam keadaan kritis.

hal ini sangat jauh berbeda dari tahun kemaren

bicara di tahun kemaren, ada hal yang menyedihkan pula bagi keluargaku, karena ketika itu, aku kecelakaan ketika hendak lebaran di tempat ibuku, dan akhirnya aku harus dirawat di rumah sakit ketika seharusnya aku bersama seluruh keluarga besarku untuk sungkeman, dan bermaaf"an. namun tahun ini tidak terulang lagi dan semoga tidak akan terulang lagi..

apapun yang terjadi di setiap lebarn kami adalah tawa dalam haru, dan tangis dalam bahagia...itulah yang aku alami di setiap tahunya...

untuk semua keluargaku, Eyang Putri, Bapak, Ibu, Pakdhe, Budhe, Om, Tante, Kakak-kakku (mas dan mbak) serta adik"ku.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Mohon maaf Lahir dan Batin ya...

semoga setiap dosa kita diampuni dan setiap do'a kita terkabulkan...Amin ya Robbal Alamin

Aku sayang kalian semua.....!!!!!

0 komentar: